Inilah Tiga Fakta tentang Aleppo, Kota Terbesar Kedua di Suriah


Beberapa hari ini wilayah Aleppo memanas seiring pudarnya gencatan senjata yang berlangsung di Suriah.

Setidaknya 249 warga sipil telah terbunuh dalam penembakan, serangan roket dan serangan udara di kedua sisi kota sejak 22 April, demikian dilaporkan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).

Tak terkecuali, pekerja medis juga ikut menjadi sasaran rudal-rudal dari pesawat udara yang terus mencari mangsa di langit Aleppo. Termasuk menghancurkan Rumah Sakit Al-Quds Aleppo.

Berbicara tentang Aleppo, ada tiga fakta menarik di dalamnya. Baik terkait dengan status wilayah dan berbagai konflik di dalamnya. Aleppo memiliki sebutan "the jewel of Syria" (permata Syria).

Berikut seperti dihimpun kiblat.net:

Satu: Aleppo adalah kota terbesar kedua di Suriah dan sebagai pusat industri dan keuangan negara.


Kota terbesar kedua setelah Damaskus ini telah menjadi pusat perdagangan sepanjang sejarah. Menurut sejarawan, Aleppo adalah kota komersial dan industri yang paling berkembang pada kekaisaran Utsmaniyah setelah Konstantinopel dan Kairo.

Aleppo dengan luas wilayah 190 km persegi itu telah memiliki sarana transportasi yang lengkap mulai stasiun hingga bandara. Ia juga terkenal dengan industri tekstil, bahan kimia, farmasi, elektronik dan lainnya, termasuk industri pariwisata yang terus berkembang.

Dalam tahun pertama konflik Suriah tahun 2011, belum terlihat jelas kecamuk perang yang dahsyat sebagaimana kota-kota lainnya. Namun pada bulan Juli 2012, kota itu tiba-tiba menjadi ajang pertempuran yang dahsyat. Oposisi Suriah melancarkan serangan di kota tersebut setelah menguasai wilayah utara Suriah.

Perebutan wilayah setiap hari terus terjadi di Aleppo, antara pihak Oposisi dan Rezim. Hal itu membuat masing-masing pihak memegang satu kontrol wilayah tersendiri, oposisi di bagian timur sedangkan Rezim di bagian barat.

Hingga 2013, pasukan Rezim terus gencar melakukan serangan udara. Dan pada 2015, Rusia memberikan bantuan udara kepada Rezim dan mengerahkan jet-jet tempurnya untuk menghancurkan wilayah-wilayah di kota ini sehingga korban sipil pun semakin bertambah.

Dua: Aleppo yang menjadi salah satu kota tertua

(Benteng terkenal dan benteng di Aleppo, Suriah. Salah satu kota tertua yang dihuni di dunia)

Aleppo ataupun “Halab” dalam bahasa Arab, adalah salah satu kota tertua yang masih memiliki penghuni di dunia, yang disebutkan dalam teks-teks Mesir dari abad ke-20 SM.

Sisa-sisa sebuah kuil dari akhir milenium ketiga SM telah ditemukan di benteng yang terkenal Aleppo, dan masih mendominasi daerah tersebut serta memberikan benteng pertahanan selama berabad-abad.

Aleppo berkembang secara politik dan ekonomi selama abad ke-18 SM sebagai ibu kota kerajaan Yamkhad, hingga jatuh ke bangsa Het, sebuah bangsa Anatolia Kuno.

Setelah itu, Aleppo menjadi sebuah kota penting dari periode Helenistik (masa paling berpengaruh bagi kebudayaan Yunani di Eropa dan Asia) dan sebuah pos perdagangan utama bagi pedagang yang lewat di antara Mediterania dan wilayah ini hingga ke timur. Pada akhirnya kota ini berada di bawah Kekaisaran Romawi dan menjadi lalu lintas para kafilah dagang di bawah aturan Byzantium.

Pada 636 Masehi, Aleppo ditaklukkan oleh pasukan Muslim era Khalifah Umar bin Khathab. Sekitar 80 tahun kemudian, pada masa pemerintahan Khalifah Sulaiman dari Daulah Umayyah dibangunlah sebuah Masjid Agung di kota ini.

Pada abad ke-10, Aleppo menjadi ibukota utara dinasti Hamdani Suriah, tetapi kemudian mengalami masa perang dan gangguan, dimana Kekaisaran Bizantium, Tentara Salib, Fatamids dan Seljuk bersaing memperebutkan wilayah itu dan sekitarnya.

Aleppo masih belum normal hingga pertengahan abad ke-12. Kemudian di bawah pemerintahan Ayyubiyah di abad ke-13, kota ini menikmati masa kemakmuran yang besar dan ekspansi yang berkelanjutan.

Tapi masa ini tiba-tiba berakhir tiba-tiba pada tahun 1260, ketika Aleppo ditaklukkan oleh bangsa Mongol. Kota ini kemudian mengalami wabah penyakit di tahun 1348 dan serangan dari Timur pada tahun 1400.

Pada tahun 1516, Aleppo menjadi bagian dari Daulah Turki Utsmaniyah. Setelah itu menjadi pusat perdagangan antara Timur dan Eropa.

Peran Aleppo sebagai pusat transit untuk perdagangan menurun pada akhir abad ke-18 dan terhalang oleh garis demarkasi yang dibuat Perancis dan Kerajaan Inggris di perbatasan Suriah. Garis itu memotong kota dari sebelah utara Turki dan selatan Iraq, sehingga menghilangkan pelabuhan Mediterania dari Alexandria ke Turki pada tahun 1939.

Setelah Suriah merdeka, Aleppo berkembang menjadi pusat industri utama, menyaingi ibukota Damaskus. Penduduknya pun meningkat dalam jumlah besar dari 300.000 menjadi sekitar 2,3 juta pada tahun 2005.

Hari ini, penduduk Aleppo ini terdiri dari mayoritas Muslim Sunni, yang kebanyakan adalah orang Arab. Tetapi beberapa di antaranya adalah orang Kurdi dan Turkman. Kota ini juga memiliki populasi terbesar dari orang-orang Kristen di Suriah, termasuk banyak orang Armenia, serta masyarakat Syiah dan Alawit.

Tiga: Perang yang Terus Berkecamuk di Aleppo


Ketika protes anti-pemerintah di Suriah meletus pada Maret 2011, Rezim Assad melakukan segala usaha untuk memastikan Aleppo tidak jatuh ke tangan oposisi.

Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, Aleppo akhirnya tetap jatuh pada pertempuran panas di dalamnya.

Pada bulan Februari 2012, dua serangan bom menghantam markas intelijen dan polisi Suriah dan menewaskan 28 orang dalamnya.

Setelah itu bentrokan semakin meningkat antara Rezim Suriah dan oposisi di wilayah-wilayah yang dekat dengan Aleppo.

Pertempuran di kota Aleppo dimulai pada pertengahan Juli 2012. Oposisi berhasil merebut kendali dari beberapa kabupaten di utara, timur, selatan dan barat.

Pada akhir bulan, pertempuran menyebar ke pusat kota bersejarah, bahkan mencapai gerbang kota tua, sebuah situs Warisan Dunia Unesco.

Pada bulan September 2012, kobaran api menyapu sebuah pusat perdagangan kuno setelah bentrokan terjadi di sekitarnya, sementara pada April 2013 abad ke-11 menara Masjid Agung diserang Rezim sehingga hancur berkeping-keping.

Dalam beberapa bulan pertempuran di Aleppo menjadi perang yang menguras tenaga. Sebagian besar wilayah yang disengketakan dan garis depan mengalami pergeseran terus-menerus.

Pihak oposisi berhasil memperoleh senjata berat yang mereka butuhkan untuk mengalahkan pasukan Rezim. Sementara jalur pasokan Rezim terganggu karena fokus mempertahankan Damaskus, dimana oposisi juga menyerang di wilayah ini pada bulan Juli 2012.

Sejak akhir 2013, pasukan Rezim telah melancarkan kampanye udara mematikan di Aleppo menggunakan bom barel, yang menimbulkan kerusakan yang dahsyat.

Saat itu pihak oposisi di wilayah utara kota juga terlibat pertikaian dengan Negara Islam (ISIS).

Warga Suriah di wilayah itu semakin tertekan setelah Rusia secara resmi mengumumkan perang di Suriah untuk membantu Rezim.

Moskow mengatakan hanya menargetkan ISIS, tetapi fakta membuktikan ratusan rakyat sipil menjadi korban kebrutalan serangan udara Rusia.

Pada bulan Februari 2016, pemerintah Suriah merebut kembali kota-kota utara Aleppo dan mengklaim telah mengepung oposisi.

Dan pada bulan April 2016 ini, serangan Rezim dan sekutu masih terus berlangsung bahkan semakin intens hingga menyebabkan jatuhnya ratusan nyawa korban dari pihak sipil.


Baca juga :