Aleppo dan Kesunyian Dunia


Sebuah hari Minggu lagi yang dimulai dengan berita sebuah ledakan yang dilakukan teroris terjadi di Gaziantep, sebelah selatan Turki. Kontras dengan perayaan penuh kebahagiaan hari buruh internasional pada 1 Mei, Turki memulai hari itu dengan rasa sakit dari kehilangan. Tetapi, meski berbagai usaha untuk meneror Negara ini, Negara dan bangsa ini cepat mengatasi berbagai kesulitan.
Gaziantep, kota yang menampung ratusan ribu pengungsi Suriah, adalah symbol dari keramahtamahan dan perlindungan. Aleppo, sebuah kota tidak jauh dari Gaziantep, telah menjadi symbol dari diamnya dunia terhadap setiap bom barel yang meledak di kota ini. Selama berhari-hari lamanya pengeboman oleh pasukan gabungan Rusia-Suriah, puluhan warga tak berdosa terbunuh, termasuk satu-satunya dokter anak di kota tersebut.

Para penjahat perang Rusia-Suriah menargetkan berbagai rumah sakit di kota ini, melanggar aturan peperangan. Saat Amerika Serikat sedang dalam konsensus dengan Rusia mengenai Suriah, apakah serangan-serangan ini telah diberi lampu hijau oleh Washington? Lebih lanjut, apakah diamnya dunia menyaksikan tragedi di Aleppo sebuah keputusan strategis?

Seberapa jauh Laisisme dari Islamophobia?

Saat saya (penulis) mengikuti debat di Turki mengenai laisitas (sekuleritas), saya berpikir mengenai implementasi hukum laisis di Perancis, yang merupakan sumber dari sekulerisme di Turki. Saya tak berbicara mengenai posisi resmi Perancis dalam laisitas. Tetapi, para politisi ekstrim kanan mungkin menggunakan laisitas sebagai basis atau sebagai alasan untuk menguatkan posisi islamophobia mereka. Dalam analisis terakhir, sebuah versi yang obsesif dari laisisme mungkin memberi jalan bagi islamophobia. Waspadalah!

SAADET ORUC
Kolumnis Daily Sabah


Baca juga :