Banyak spekulasi bermunculan di media menanggapi pengunduran diri Ahmet Davutoglu sebagai Presiden Partai AKP, Kamis (5/5) silam. Terutama mengenai pidato Davutoglu di depan kader AKP sebelum keputusannya mengundurkan diri. Dalam pidatonya Davutoglu menyampaikan bahwa dirinya siap memendam keinginannya pribadi demi persatuan AKP.
Setelah menyampaikan pidato tersebut, Davutoglu mengadakan pertemuan dengan presiden Erdogan di istana negara, di Ankara, Turky. Sebelumnya pertemuan tersebut dijadwalkan pada Kamis, tetapi dengan alasan yang tidak disebutkan pertemuan dimajukan menjadi Rabu.
Bebarapa pengamat mengaitkan pengunduran diri Davutoglu dengan berbagai perbedaan pendapat antara dirinya dan Erdogan. Di antara perbedaan tersebut:
1. Hakan Fidan
Perbedaan pertama muncul ketika Hakan ingin mencalonkan dirinya pada pemilu legislatif yang lalu, tetapi Davutoglu menolak pencalonan Hakan dan memintanya untuk tetap menjabat sebagai kepala intelijen Turky. Sebelumnya, pada Maret 2015 silam Hakan sudah mengumumkan pencalonan dirinya pada pemilu legislatif.
2. Istana Dolmabahçe
Salah satu titik perbedaan pendapat antara Erdogan dengan Davutoglu ketika istana mengumumkan perdamaian dengan PKK. Erdogan sebagai presiden mengatakan tidak tahu tentang kesepakatan perdamaian tersebut. Kemudian terjadi beberapa perundingan yang pada akhirnya menyatakan pemerintah akan melakukan perdamaian dengan PKK, namun Erdogan menampik kesepakatan tersebut.
3. Koalisi pemerintahan pasca pemilu Juni
Setelah AKP meraih perolehan suara yang tidak memuaskan pada pemilu 7 Juni silam (dimana suara AKP tidak mencukupi untuk membentuk pemerintahan tunggal), Davutoglu sebagai Ketua AKP melakukan lobi politik ke beberapa partai politik untuk melakukan koalisi membentuk pemerintahan karena. Namun Erdogan melihat lobi tersebut tidak akan banyak bermanfaat. Menurut Erdogan, pelajaran dari koalisi sebelumnya (era sebelum AKP berkuasa) tidak pernah bertahan lama, dan tidak akan membantu selesainya krisis politik yang terjadi di Turky. Erdogan lebih memilih digelar pemilu ulang (karena tidak ada partai yang memperoleh suara 50%+1). Kemudian pemilu ulang digelar dan akhirnya AKP berhasil meraih suara mayoritas dan berhasil kembali membentuk pemerintahan tunggal tanpa koalisi.
4. Sistem Presidensial
Pasca kemenangan AKP pada pemilu ulang, muncul usaha untuk mengubah sistem pemerintahan di Turky menjadi sistem presidensial (yang sebelumnya sistem parlementer). Davutoglu berpendapat belum saatnya bagi pemerintah untuk mengubah konstitusi menjadi sistem presidensial, karena rakyat Turky belum memberi mandat untuk itu. Namun pada 15 Agustus silam Erdogan menyatakan pentingnya sistem presidensial. Menurut Erdogan, presiden harus komitmen dengan konstitusi yang ada, namun juga harus berusaha melakukan perubahan konstitusi demi merealisasikan mandat dari rakyat yang telah memberikan suara lewat pemilu (pilpres).
5. Kepengurusan Pusat AKP
Perbedaan pendapat antara kedua pemimpin Turky tersebut juga terjadi saat Davutoglu terpilih sebagai ketua AKP. Setelah terpilih, AKP mengadakan musyawarah nasional guna memilih pengurus pusat partai. Dalam menentukan komposisi pengurus ada beberapa nama orang-orang dekat Erdogan yang ditolak Davutoglu, seperti Binali Yildrim.
6. Penangkapan Terhadap Akademisi
Davutoglu melakukan kritik atas penangkapan terhadap beberapa akademisi di Turky yang dilakukan oleh pihak pemerintah, dan ini ditolak oleh Erdogan.
*Sumber: turkpress.co