Ulama Luar Batang KH. Bachtiar Nasir: Di sini kita damai sebelum ada Pluit

[KH. Bachtiar Nasir, dalam Rapat Akbar Masyarakat Jakarta di Luar Batang, Jakarta Utara (20/04/2016)]

Ulama dan tokoh nasional asal Luar Batang KH Bachtiar Nasir semakin prihatin dengan perlakuan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dianggap semena-mena kepada rakyat. Mei 2016 nanti, Ahok kembali berencana menggusur pemukiman warga Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara.

Menghadapi rencana itu, sejumlah tokoh nasional, ulama, habaib, aktivis, dan korban-korban penggusuran di Jakarta siap pasang badan. Tak terkecuali Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat KH Bachtiar Nasir.

Ketua Alumni Universitas Islam Madinah ini bahkan menyatakan tidak akan mundur selangkah pun demi memperjuangkan hak-hak warga Luar Batang. Menurut dia, sejak tiga abad lalu, warga Luar Batang sudah ada dengan sebuah peninggalan masjid Luar Batang. Bahkan, Luar Batang menjadi sejarah penting bagi keberadaan Jakarta.

Namun, sayang sekali pemukiman warga di sekitar Masjid Luar Batang tersebut akan diusir. Dari dulu hingga sekarang, warga Luar Batang hidup damai bahkan sudah mengenal toleransi dengan semua etnis yang ada termasuk etnis Tionghoa. Namun, setelah Ahok berkuasa, lahan milik rakyat justru akan dicapolok.

“Ingat nggak waktu kita dulu selalu mengambil kerang ijo (di wilayah Luar Batang). Indah nggak saat itu? Apalagi saat musim barat. Di sini kita damai sebelum ada Pluit. Damai sebelum ada Pantai Mutiara. Damai sebelum ada Pantai Kapuk. Sekarang, apa jadinya Pluit, jadi kampung siapa? Kita di sini jangankan tanah, kita sempit-sempitan di sini, malah mau digusur dari tanah kita,” ungkap KH. Bachtiar Nasir dalam Rapat Akbar Masyarakat Luar Batang di parkiran Masjid Keramat Luar Batang, Jakarta Utara, Rabu (20/04/2016).

Hadir dalam pertemuan itu, Yusril Ihza Mahendra selaku kuasa hukum warga Luar Batang, Ratna Sarumpaet, Jenderal Purn Joko Santoso, dan Eggy Sudjana, Bim Benyamin, Marwan Batubara, serta sejumlah tokoh ormas dan anggota DPRD DKI Jakarta.

Ribuan warga Luar Batang dan warga lainnya berkumpul untuk mendengarkan arahan dan orasi dari sejumlah tokoh secara bergantian. Intinya, mereka menolak diusir dari kampung mereka dan puluhan tokoh dan pimpinan Ormas siap ikut memperjuangkan hak-hak rakyat di Luar Batang.

Bachtiar Nasir sempat bernostalgia terkait masa-masa kecilnya di Luar Batang. Sejak dahulu, katanya, lahan main bolanya sudah digusur di Pluit dan sekarang kampungnya yang akan digusur. Pemukiman warga yang sudah ada sejak tiga abad lalu kini dikelilingi dengan perumahan dan pemukiman mewah. Tapi rumah warga yang akan digusur. Bagi Bachtiar Nasir, ada ketidakadilan di sini. Karena itu, dia bersama warga dan kuasa hukum Yusril Ihza Mahendra akan melawan kezaliman tersebut.

“Allah melarang kamu memerangi orang lain kecuali orang lain teleh memerangi agamamu. Allah melarang kamu memerangi orang lain kecuali kalau kamu sudah diusir dari kampung kamu. Kita sudah sabar. Tapi kalau begini harus kita lawan. Rumah saya masih ada tuh di Gang 5. Saya asli sini. Teman main bola saya teman sekolah saya juga masih pada bertahan di sini,” tegasnya.

Bachtiar Nasir menegaskan, yang bisa merawat dan mengurusi Masjid Keramat Luar Batang bukan Pemda DKI apalagi Ahok. Yang bisa merawat masjid itu adalah warga Luar Batang, tetapi Ahok dengan kesombongannya, justru akan mengusir warga. Padahal, warga memegang surat-surat sah dan tercatat sebagai penduduk yang sah di Luar Batang.

“Kita mengerti betul aturan yang ada. Dan kita di sini sudah turun temurun. Sejak zaman Gubernur Ali Sadikin, tahu kalau kampung ini sah,” katanya.

Di tempat yang sama, Yusril Ihza Mahendra menegaskan bahwa dirinya baru kali ini mengadvokasi warga dan yakin akan menang melawan Ahok. Dari pengalaman sebelumnya, Yusril mengaku sudah sembilan kali mengalahkan pemerintah di pengadilan, termasuk melengserkan jaksa agung. Karena itu, Yusril mewanti-wanti kepada Ahok agar tidak memelintir perjuangannya dengan tudingan menggunakan isu SARA.

“Saya tidak akan menggunakan isu SARA, saya bukan SARA. Saya akan melawan lewat jalur hukum,” tegasnya.

Selain itu, Yusril juga mengaku sudah mengundang Ahok untuk berdialog dengan rakyat di Luar Batang. Dia menantang, kalau memang Ahok berani dan tidak takut di atas kebenaran, silakan datang berdialog. Dia jamin tidak akan ada anarkis, semuanya akan berjalan dalam koridor hukum yang berlaku. “Ketika rakyat terinjak-injak seperti ini, ketika mereka terusir, di mana kehadiran negara? Negara seolah tidak adil membela rakyat, bahkan negara bersekongkol dengan para pengusaha untuk menindas rakyat. Hal-hal seperti ini tidak bisa kita terima, kita harus lawan,” kata Yusril.

Menurut dia, kalau Gubernur DKI mengklaim tanah yang ada di Luar Batang adalah hak milik Pemda DKI, maka dua hal yang harus dibuktikan Ahok. Pertama, mana bukti kepemilikannya? “Kalau Anda (Ahok) tidak punya bukti kepemilikan, maka Anda masuk di kampung ini, Andalah sesungguhnya sebagai penyerobot.”

Kedua, Yusril melanjutkan, kalau Pemda DKI mengakui tanah di Luar Batang adalah aset DKI, buktikan bahwa apakah tanah ini adalah aset DKI.

“Rakyat di atas tanah ini punya bukti bahwa mereka berhak dan wajib dilindungi. Persoalan ini bukan hanya persoalan DKI Jakarta tetapi ini bisa masuk pelanggaran hak asasi manusia,” katanya.

Sebelum Yusril, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Joko Santoso juga hadir dalam Rapat Akbar tersebut dan memberikan orasi di atas panggung. Dia prihatin pada aksi penggusuran oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Dia mengaku sedih dan berduka melihat saudara sebangsanya digusur dengan cara yang tak manusiawi. Ia menilai, penggusuran tersebut melanggar undang-undang dasar. “Saya sengaja pakai baju hitam-hitam sebagai bentuk duka dan berkabung (dengan kondisi penggusuran),” katanya.*(Hidayatullah)


Baca juga :