Seorang suami hampir menceraikan istrinya, tersebab ia menganggap istrinya tuli. Namun sebelum ia melanjutkan niatnya untuk menceraikan istrinya, terlebih dahulu ia minta pendapat pada pamannya yang kebetulan seorang dokter THT.
“Jangan gegabah menceraikan istrimu begitu saja. Istrimu itu teramat baik untuk kamu campakkan begitu saja, hanya karena pendengarannya sedikit terganggu.”
“Tapi Paman, aku malu punya istri seperti dia. Kan malu-maluin tuh, di hadapan tetangga dan kawan kawan saya.”
“Pikirkanlah dulu, kamu dulu awal-awal menikah tidak punya apa-apa. Tapi dengan istrimu ini kamu sekarang sudah punya rumah, mobil dan pekerjaan yang sudah mapan”
“Iya sih, Paman. Tapi tetap saya ingin menceraikannya, sebab saya tidak mau orang orang menyebut saya sebagai lelaki yang istrinya tuli seperti dia!”
“Sekarang begini saja, aku ada cara untuk memastikan apakah istrimu tulinya permanen atau bisa disembuhkan.”
“Bagaimana caranya, Paman?”
“Coba kamu tes pendengarannya, kamu panggil ia dari jarak 10 meter. Kalau tetap tidak mendengar, mendekatlah pada jarak, 5 meter. Kalau tetap tidak mendengar juga, panggillah ia dari jarak 3 meter. Kalau tetap tidak mendengar, coba dari jarak 1 meter. Nah, kalau tetap tidak dengar, ngomonglah persis di belakang istrimu, sambil kamu peluk dia.”
“Ooo, begitu ya, Paman. Baiklah kalau begitu!”
Orang ini pun cepat-cepat pulang ke rumah, ingin segera melakukan terapi yang diajarkan pamannya.
Sesampainya di rumah, ia dapati istrinya sedang masak untuk persiapan makan siang. Segera ia memastikan jarak 10 meter. Ia panggil istrinya, “Sayang, kamu sedang masak apa?”
Istrinya tak menoleh. Ia pun mendekat 5 meter, ia ulangi lagi sapaannya yang tadi. Tapi istrinya tetap tak terdengar menjawab. Kemudian ia mendekat 3 meter, mengulang dua sapaan sebelumnya. Namun istrinya tetap tidak menjawab sapaannya. Sampai kemudian ia mendekat 1 meter, mengulang lagi sapaannya. Istrinya tetap seperti tidak menyadari apa-apa.
Lelaki ini dalam hatinya sudah mulai menggerutu, marah dan geregetan. Hampir saja kata cerai keluar dari bibirnya. Namun ia teringat pesan pamannya, bahwa yang terakhir ia harus ngomong ke istrinya tepat di belakangnya sambil memeluknya dari belakang. Lelaki ini pun melakukan saran terakhir pamannya tersebut.
Segera ia mendekat pada istrinya yang sedang berjibaku di depan kompor. Ia peluk istrinya, “Sayang, kamu sedang masak apa sih?”
Istrinya seketika menoleh. Sambil tersenyum istrinya menjawab, “Sudah 4 kali aku menjawab tanyamu, Mas. Sudah ku bilang, aku sedang masak sop dan ikan pindang kesukaanmu...”
Nah, Kawan's... Sering kali kita menganggap masalah ada pada orang lain. Padahal kitalah sebenarnya yang bermasalah.
Jadi, yang tuli siapa? Hehe...
(Ustadz Abrar Rifai)