Busyro Tantang BPK dan PPATK Audit Dana Densus 88


Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqqodas menantang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Pejabat Pemeriksa Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melakukan analisis keuangan terhadap Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang selama ini tak pernah dibuka ke publik. Hal tersebut menurut dia dimaksudkan agar memunculkan keberimbangan karena selama ini yang dirilis ke publik hanyalah aliran dana teroris dari Timur Tengah.

“Kita perlu tahu juga dari mana dana operasional BNPT dan Densus. Ini bentuk kami koreksi bukan karena kami membenci,” tegasnya saat bertemu wartawan di PP Muhammadiyah Selasa (29/3/2016) usai menemui istri Siyono, terduga teroris yang meninggal usai ditangkap Densus 88.

Selama ini publik hanya kerap mendengar aliran dana kelompok teroris yang didapatkan dari kawasan Timur Tengah saja, namun tak begitu jelas dari mana dana operasional badan anti teroris tersebut. “Harapan saya presiden lekas bergerak seperti saat cepat memutuskan keputusan sektor ekonomi, sudah waktunya dijelaskan, agar sipil tahu dari mana dana BNPT dan Densus,” imbuhnya.

Mantan pimpinan KPK ini pun meminta presiden untuk segera membentuk tim independen untuk evaluasi kinerja BNPT dan Densus. “Kalau bisa segera, semoga presiden Joko Widodo bersama Menkopolhukam dan Kapolri mendengar dan segera mengambil keputusan,” pungkasnya, seperti diberitakan krjogja.

Pada Selasa (29/3) lalu, keluarga Almarhum Siyono (istri dan anak-anaknya) mendatangi gedung PP Muhammadiyah. Selain menyampaikan terima kasih atas kepedulian Muhammadiyah dalam memberi advokasi, istri (alm) Siyono juga menyerahkan dua gepok 'uang damai' yang diberikan pihak Densus 88 kepada keluarga Siyono saat mengantarkan jenazah (alm) Siyono. Uang sejumlah Rp 200 juta diserahkan istri (alm) Siyono sebagai bukti.

Kasus kematian Siyono (39), warga Dusun Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, sampai sekarang masih gelap dan senyap. Pihak Densus 88 menyatakan Siyono meninggal setelah melakukan perlawanan saat dibawa Densus 88.

Siyono ditangkap Densus 88 saat berzikir di masjid usai melaksanakan shalat magrib pada Selasa (8/3/2016). Saat ditangkap Siyono dalam keadaan sehat. Namun setelah itu, Siyono yang dianggap sebagai terduga teroris itu dipulangkan dalam kondisi sudah wafat. Pihak Densus 88 mengklaim, Siyono meninggal akibat kelelahan saat melakukan perlawanan di dalam mobil.


Baca juga :