“Adakah anak Istana sedang bermain-main di rumah Tarbiyah kita?”


Ada pertanyaan nakal: “Adakah anak Istana sedang bermain-main di rumah Tarbiyah kita?”

Tidak usah serius menjawabnya. Baik menyangkal atau pun menduga-duga ada. Apalagi yang memastikan ada.

Bahkan Arsitek Peradaban barisan ini sudah pernah menyatakan, bahwa kita telah membuat proteks yang sedemikian rupa. Jenjang pengkaderan yang berlapis dan penuh ketelitian. Namun semua itu tidaklah mutlak bisa menghalau hadirnya orang lain di tengah kita.

Orang lain di tengah kita, itu niscaya. Bahkan Rasulullah Muhammad saw bersama para sahabatnya tak bisa mencegah keberadaan orang-orang munafiq.

Sepanjang Khilafah Rasyidah, mereka kaum munafiqun pun tetap menjadi duri dalam daging, api dalam sekam dan perangkap dalam kegelapan.

Sila perhatikan karakter dan sikap orang-orang munafiq dari masa ke masa. Adakah mereka berteriak? Adakah mereka suka protes? Adakah mereka berani konfrontasi dengan kawan dan pimpinan?

Tidak. Mereka tidak melakukan semua itu! Tapi mereka selalu melakukan operasi terselubung. Mereka menggunting dalam lipatan. Menikam dari belakang. Dan inilah yang sangat berbahaya dalam keberadaan sebuah jamaah.

Sungguh kita bisa fight menghadapi serangan dari hadapan. Kita bisa sakti menangkal gempuran dari luar. Tapi sejarah banyak mengabarkan pada kita, bahwa banyak yang tidak berdaya menghindari tusukan tusukan dari belakang. Sebagaimana banyak juga yang tertipu oleh racun yang dihidangkan di dalam rumah.

Malang, Jumat 1 Rajab 1437

(Ustadz Abrar Rifai)


Baca juga :