Minggu lalu tuh, Jokowi dengan penuh percaya diri mengklaim paket-paket ekonominya memberi efek keampuhan bagi penguatan Rupiah. Sontak pula, para buzzer dumay langsung memandu sorak gempita.
Padahal, penguatan Rupiah minggu lalu itu tidak lebih dan tidak kurang adalah hanya sebagai fluktuasi harian belaka. Fluktuasi di pasar uang. Hanya karena Rupiah meninggalkan sejenak level 13 ribuan, klaim itu langsung dikeluarkan. Hanya karena Rupiah mencium sejenak level 12.900.
Jika-lah memang paket-paket kebijakannya berpengaruh langsung pada penguatan Rupiah, itu semestinya langsung terlihat saat mana paket itu diumumkan. Nyatanya? Sudah sekian paket dikeluarkan, ketika itu Rupiah tetap terkapar. Sampe-sampe, paketnya digadang-gadang untuk episode panjang. Bisa sampe 400 paket... melebihi episode Cinta Fitri.
Tudingan bahwa Rupiah melemah karena faktor suku bunga The Fed, pun, kemarin jauh panggang dari api. Kalau memang The Fed adalah biangnya, Rupiah akan makin jatuh mana kala suku bunga The Fed dinaikkan beberapa bulan lalu. Toh, efek The Fed hanya suam-suam kuku belaka.
Nah, dua hari terakhir Rupiah kembali melemah... hari ini aja sedang menuju level 13.200. Pak Joko mau bilang apa? Para pemandu sorak medsos-nya mau sorak apa?
(Canny Watae)