Anak muda sekarang mungkin banyak yang lebih mengenal bela diri asli Indonesia, Pencak Silat, melalui film 'Merantau' dan 'The Raid' yang dibintangi oleh pesilat Iko Uwais, dkk. Melalui film ini Silat dibawa ke level yang lebih tinggi, dikemas lebih apik dan mendapat sentuhan modern. Sukses ini membuat Silat semakin dikenal luas baik didalam maupun mancanegara.
Tapi jauh sebelum itu, ternyata banyak para guru silat yang berusaha mengenalkan silat ke dunia luar, salah satunya adalah guru yang pada akhirnya melahirkan pesilat terkenal di Eropa yakni Franck Ropers dan Charles Joussot.
Ya, jika kalian membuka situs video Youtube dan mencari kata kunci pencak silat tentu mereka berdua akan banyak menghiasi laman situs berbagi video tersebut. Siapa sangka, pasukan khusus anti teror di Prancis seperti RAID (Recherche, Assistance, Intervention, Dissuasion) dan GIGN (Groupe d'Intervention de la Gendarmerie Nationale) memasukan pencak silat sebagai salah satu ilmu bela diri mereka.
Tapi jika di telisik lebih jauh, ternyata metode Pencak Silat yang mereka terapkan bukan lagi sebagaimana layaknya Pencak Silat pada umumnya. Kembang-kembangan dan gerakan-gerakan yang dianggap tidak perlu sudah dibuang. Sehingga yang dipakai adalah jurus-jurus yang langsung menyerang ke arah titik vital manusia, seperti leher, wajah, ulu hati, kemaluan serta mengeksploitasi habis-habisan titik lemah lawan mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Di sana juga diajarkan teknik silat melawan dan mengeliminasi beladiri ground fighting semisal jiu jit su, gulat dan judo, serta bagaimana melumpuhkan lawan secepat mungkin.
Sang Instruktur bernama Eric Godart itu bercerita bahwa dia menimba ilmu Pencak silat dari sebuah perguruan atau akademi beladiri yang didirikan oleh Frank Ropers (www.academiefranckropers.com), seorang grand master pencak silat aliran Setia Hati Terate, yang sangat terkenal tidak hanya di Perancis namun juga di beberapa negara Eropa barat dan Eropa Timur. Dari Eric Godart pula saya mendapat info bahwa Pencak Silat kini tidak hanya diterapkan di GIGN, namun juga beberapa unit militer lainnya di Perancis seperti Legiun Asing, Marinier dan resimen 501 lapis baja. Bahkan di Akademi Militer kerajaan Belgia.
Murid lainnya Charles Jossout, dengan fisfo sytemnya, juga telah mengajarkan silat pada Pasukan khusus Prancis dan pada beberapa satuan kepolisian di Amerika selain itu dia juga membentuk fighttigerclub.fr.
Charles tertarik pada dunia silat setelah melihat seorang guru silat di sebuah artikel di majalah Karate. Pada tahun 1984 ia membuka klub pertamanya rue de Dunkerque. Lalu pada tahun 1987 ia menutup klubnya karena terlalu kecil, ia kemudian membuka klub yang lebih besar yang terletak di rue de l'Ourcq di Paris 19, tapi pada bulan Oktober 1998 dia menutupnya dan pergi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan menyebarkan seni Pencak Silat. Lalu siapakah yang mengajarkan beladiri silat pada mereka? Ia adalah Hardjono Turpijn.
Sejarah
Hardjono Turpijn lahir pada tanggal 28 Agustus 1929 di Yogyakarta dan besar di Madiun. Ia mulai jatuh cinta pada pencak Silat pada usia 13 tahun di bawah arahan Kiaji Ireng, saat sekolah di pondokan Pesantren. Selanjutnya, ia diasuh oleh Guru Besar Kiaji Ngabeihi Soerordiwirdjo (Pendiri Persaudaraan Setia Hati) dan Ki Hardjo Oémoto. Pada tahun 1945, Eyang Suro (Kiaji-Ngabeihi Soerordiwirdjo) meninggal karena penyakit. Turpijn lalu melanjutkan latihannya bersama ayahnya dan asistennya, Kiaji Hadji Abdullah. Keduanya meninggal selama revolusi kemerdekaan pada tahun 1945.
Sejak saat itu turpijn melewati masa penting, ia tinggal selama tiga belas tahun di hutan Indonesia, di mana ia menjadi murid dari dua Guru besar Pencak Silat, Bapak Tjorkro dan Bapak Djamaed, untuk mendalami ilmu Batin (Tenga Dalem). Selama masa itu, Turpijn tidak bisa memiliki kontak dengan dunia luar, bahkan dengan keluarganya sendiri. Tahun 1946, ia bergabung dengan tentara Indonesia, divisi KODAM III, atau yang lebih dikenal SILIWANGI Divisi III, di bawah komando Jenderal Abdul Haris Nasution. Kemudian dia menjadi bagian dari PSRRI (Partisans Siliwangi Revolutionizing of the Republic of Indonesia). Sebuah gerakan pemberontakan yang dipimpin oleh mantan perwira militer pada tahun 1956 yang beroperasi di hutan selama masa invasi.
Pada tahun 1966 Turpijn menetap di Belanda, tempat dimana ia menjadi pelopor Pencak Silat daratan Eropa. Bagi Turpijn, Pencak silat bukanlah senam akrobatik, melainkan seni murni dan bela diri keras yang efektif. Turpijn punya visi sendiri dalam Pencak Silat. Gaya dan karyanya yang sangat keras dan dipengaruhi aliran sekolah silat di Jawa Barat. Pengalaman pribadinya di dalam hutan, pelatihan di berbagai sekolah Pencak Silat, semua itu memungkinkan Turpijn untuk mengembangkan Pencak Silatnya sendiri. Dia mengubah philosofi Pencak Silat dari keindahan yang dinilainya semu menjadi seni pertarungan murni yang keras dan sangat mematikan.
Di Eropa, Pencak Silat disajikan dengan cara yang berbeda, yang berada di luar pakem sekolah Setia Hati Terate. Orang Eropa cenderung tak suka basa-basi dan tidak betah berlama-lama dalam menekuni latihan seni beladiri. Tapi langkah Turpijn malah menimbulkan keretakan dengan pengurus IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Keretakan ini cukup mengganggu para guru besar di Indonesia mengingat reputasi Turpijn sangat diperhitungkan. Tapi Turpijn tidak patah arang, dia tetap pada pendiriannya untuk mengembangkan Silat di Eropa. Dan sebagai penghormatan, alirannya itu ia beri nama "Persudaraan Setia Hati Teraté Madiun".
Guru Besar HardjonoTurpijn meninggal karena penyakit pada tanggal 31 Juli 1996 dan dimakamkan di hedge pinus, beschraafpaats dune west, Ockenburgstraat 27 di Belanda. Berkat kerja kerasnya dan warisannya, Seni bela diri Indonesia Pencak silat bisa menjadi salah satu ilmu beladiri terkemuka, yang menetes hingga ke kurikulum-kurikulum pendidikan pasukan khusus di mancanegara.
*Sumber: http://www.goodnewsfromindonesia.org/2016/02/13/pasukan-elit-prancis-memakai-silat-sebagai-ilmu-beladiri