Berita penembakan terhadap ulama Saudi Syeikh Aidh Al-Qarni (58) di Filipina sungguh mengejutkan. Belum jelas motif dari penembakan itu. Syukurnya, dikabarkan keadaan al Qarni terus membaik.
Di Indonesia ulama dari Arab Saudi ini dikenal sebagai penulis produktif. Salah satu bukunya yang berjudul Laa Tahzan (jangan bersedih) menjadi fenomeal. Bukan saja di Indonesia tapi juga di berbagai dunia. Buku ini diterjemakan dalam hampir 30 bahasa dengan jumlah cetak ratusan ribu eksemplar.
Yang menarik dari Laa Tahzan, buku ini bagai oase bagi orang-orang yang lagi dirundung masalah. Mengandung selaksa hikmah, ia memberi inspirasi bagi pembacanya. Al Qarni juga mengajak agar tidak menyesali kehidupan, tidak menentang takdir, atau menolak dalil-dalil dalam Alquran dan sunah.
Yang mungkin tidak banyak diketahui bahwa Laa Tahzan lahir dari balik jeruji penjara. Tidak semua memang, hanya sebagian. “Sekitar 100 halaman,” kata al Qarni. Sisanya ia selesaikan setelah ia keluar dari penjara.
Al Qarni masuk bui karena menentang kehadiran pasukan Amerika Serikat di Arab Saudi. Ia kemudian di cokok pemerintah Arab Saudi dan dijebloskan di penjara selama 10 bulan pada 1996. Selama di penjara ia baca membaca buku soal musibah dan problematika manusia, pembunuhan serta hubungan bapak dan ibu atau hubungan anak dan orangtua. Dari membaca inilah lalu muncul ide menulis Laa Tahzan.
Meski bukunya dicetak ratusan ribu eksemplar, al Qarni ternyata tidak menerima royalti, kecuali sebagian. Sebab, banyak penerbit yang mencetak bukunya tanpa seijin dirinya. Tapi ia tak mempersoalkan itu. “Saya serahkan kepada Allah,” katanya. Yang penting baginya, bukunya memberi manfaat kepada sebanyak-banyaknya orang.
Selain Laa Tahzan, Al-Qarni juga menulis sejumlah buku yang menjadi ‘best seller’. Di antaranya 30 Tips Hidup Bahagia, Berbahagialah: Tips Menggapai Kebahagiaan Dunia Akhirat, Menjadi Wanita Paling Bahagia, Ramadhankan Hidupmu, Tersenyumlah: Jangan Putus Asa, dan Jangan Berputus Asa.
Karya Al-Qarni yang juga terbilang sukses di Indonesia adalah Jagalah Allah, Allah Menjagamu; Majelis Orang-Orang Saleh; Cambuk Hati; Bagaimana Mengakhiri Hari-Harimu; Berbahagialah; Power of Love; Al-Azahamah, Keagungan; Menakjubkan!; Jadilah Pemuda Kahfi; Mutiara Warisan Nabi SAW; dan Gerbang Kematian.
Al Qarni lahir di Qarn, Arab Saudi bagian selatan tahun 1379 H. Nama Al-Qarni diambil dari daerah asalnya tersebut, Al-Qarn. Pada 1982, ia meraih gelar sarjana dari Fakultas Ushuluddin Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyyah. Gelar magister dalam bidang Hadits ia capai tahun 1987, sedangkan gelar doktor diperolehnya dari Universitas yang sama pada 1996.
Ia berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, Abdullah al-Qarni, seorang tokoh masyarakat di daerah asalnya. Sejak kecil sang ayah sudah membawa Al-Qarni ke masjid untuk shalat berjamaah. Sang ayah juga telah memperkenalkan berbagai macam buku bacaan sejak Al-Qarni masih kanak-kanak. Karenanya, ia sudah terbiasa dengan bacaan sejak kecil. (Hidayatullah)