[Dacosta Zainuddin (berjaket hijau), Sejak tahun 1980 ia memeluk Islam dan kini banyak orang bersyahadat di hadapannya. (Kanan) Ustadz Syamsul Arifin Nababan]
Masuk hutan keluar hutan itu telah menjadi pekerjaan rutinnya. Tapi tidak untuk berburu binatang buas atau binatang sejenisnya namun hanya ingin mendapat kebebasan dan kemerdekaan.
Tak ada jalan lain dilakukan kecuali menyerang dan melawan tentara Indonesia dengan bergerilya di hutan-hutan.
Kala itu Dacosta (bukan nama sebenarnya) berkisah, dirinya selalu dibuntutin perasaan yang sangat tidak manusiawi karena beberapa puluhan nyawa melayang, akibat bentrok antara kelompok Pro Kemerdekan Timor Timor dan TNI.
Boleh dibilang, Dacosta adalah salah satu pemberontak yang mati-matian membawa pengikutnya masuk dan keluar hutan agar bisa berpisah dari Indonesia.
Memilih jalan ini bukan sesuatu yang nyaman baginya. Ia mengaku kehidupan di hutan menjadikan dirinya sebagai buronan TNI. Beberapa tahun bergerilya di hutan, rupanya pasukan TNI mampu mencium keberadaannya melalui masyrakat setempat. Akhirnya Dacosta pun ditangkap seorang diri saat berada di keramaian pasar untuk berbelanja keperluan pasukannya.
Hukuman Mati
Pasca penangkapannya oleh TNI 321 Baokao Timor-Timor, Dacosta harus mengakui kesalahannya dan memberitahu di mana keberadaan pasukanya berada. Ia bahkan dikabarkan akan dieksekusi mati.
Beberapa hari sebelum dieksekusi, Dacosta sempat bermimpi dirinya didatangin dua orang ‘bidadari’. Dalam mimpinya, dua bidadari itu memintanya untuk bersegera masuk agama Islam.
Dacosta bertanya, apa itu Islam? “Agama Islam itulah agama yang benar dan agama orang mayoritas Indonesia yang masuk di Timor Timor,” demikian ujar bidadari dalam mimpinya.
Esok harinya, ia lupakan mimpi tersebut. Namun pada malam kedua, dia bermimpi lagi bertemu seorang pemuda. Dalam mimpinya, sang pemuda mengajaknya mengaji, melafadzkan huruf huruf Arab dan menuntun ia untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah menunaikan hajat tersebut, pemuda yang ditemui dalam mimpi itu memberikan hadiah berupa Al Quran cetakan Istambul dan sebuah cincin bertuliskan nama Allah Subhanahu Wata’ala.
Betapa kagetnya Dacosta, sebab saat ia terbangun dari mimpi, ternyata Al Quran dan cincin bertuliskan nama Allah Subhanahu Wata’ala itu ada di kantong saku bajunya.
Tanpa pikir panjang, esok harinya Dacosta pun akhirnya memeluk ajaran agama Islam di Kompleks TNI 321 Baokau Dilli Timor-Timor (sekarang Timor Leste).
Setelah masuk Islam Dacosta merubah namannya menjadi Zainuddin. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pasca kabar keislaman Dacosta, dirinya mendengar keputusan dibebaskan dari hukuman mati.
Mendengar dirinya dibebaskan dari hukuman mati maka Zainuddin ia bertekad mengislamkan keluarganya dan orang-orang sebanyak-banyaknya agar mau masuk Islam.
Demikian kisah Zainuddin, muallaf eks Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT), saat menghadiri acara Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Hidayatullah Kupang yang bertempat di Masjid Hidayatullah Kampus Dua, Kabupaten Kupang NTT hari Jum’at (25/03/2016).
Zainuddin datang di PP Hidayatullah Kupang guna menghadiri acara pembagian sembako kepada muallaf dan kaum dhuafa binaan Pesantren Hidayatullah NTT. Sekaligus dilanjutkan acara dialog bersama Syafruddin Atasoge, DPD RI Perwakilan NTT.
1280 Orang Memeluk Islam
Menurut Zainuddin, pada tahun 1999, saat Pemilu di Timor Timur digelar, Zainuddin terpilih sebagai anggota DPRD. Namun selang beberapa bulan setelah pelantikan, lahirlah kerusuhan besar-besaran.
Pembunuhan, penghancuran infrastruktur marak menyusul referendum yang dimenangkan kelompok pro kemerdekaan.
“Karena melihat ada campur tangan tentara Portugis, Australia, dan Amerika membuat masyarakat diungsikan ke Atambua hingga ke Kupang, “ tutur Zainuddin.
Selama dua tahun dirinya berada di Atambua akhirnya tepat tahun 2002 Zainudin hijrah ke Desa Boniana Kabupaten Kupang Barat NTT. Di sinilah Zainuddin mulai bekerja dengan tenang meski hanya sebagai peternak dan petani.
Namun satu hal yang selalu membuatnya bersemangat. Yakni ketika mendengar kabar ada orang yang ingin masuk Islam. Tak segan Zainuddin segera menyewa kendaraan dan langsung menuju ke lokasi walaupun ratusan kilo dengan biaya pribadi. Ia segera menunaikan kewajibannya karena telah bertekad agar banyak orang yang mengenal Islam dan mengikuti jejak ajaran Rasulullah Muhammad ini.
“Bagaimana mengislamkan orang lain sebanyak banyaknya,” demikian harap Zainuddin.
Pasca memeluk Islam, Zainuddin tak tinggal diam. Dia mengajak keluarga dan warga eks Timor Leste menerima Islam.
Alhamdulillah hingga sekarang Zainuddin mengaku telah mengislamkan tidak kurang 1280 orang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mulai dari Timor Leste hingga ke Kupang.
Berkat jasa Zainuddin, hati Ustadz Syamsul Arifin Nababan terketuk dan akan memberangkatkannya beribadah umroh pada bulan Mei 2016 mendatang. (Abu Zain Zaidan, NTT)
Sumber: Hidayatullah
Masuk hutan keluar hutan itu telah menjadi pekerjaan rutinnya. Tapi tidak untuk berburu binatang buas atau binatang sejenisnya namun hanya ingin mendapat kebebasan dan kemerdekaan.
Tak ada jalan lain dilakukan kecuali menyerang dan melawan tentara Indonesia dengan bergerilya di hutan-hutan.
Kala itu Dacosta (bukan nama sebenarnya) berkisah, dirinya selalu dibuntutin perasaan yang sangat tidak manusiawi karena beberapa puluhan nyawa melayang, akibat bentrok antara kelompok Pro Kemerdekan Timor Timor dan TNI.
Boleh dibilang, Dacosta adalah salah satu pemberontak yang mati-matian membawa pengikutnya masuk dan keluar hutan agar bisa berpisah dari Indonesia.
Memilih jalan ini bukan sesuatu yang nyaman baginya. Ia mengaku kehidupan di hutan menjadikan dirinya sebagai buronan TNI. Beberapa tahun bergerilya di hutan, rupanya pasukan TNI mampu mencium keberadaannya melalui masyrakat setempat. Akhirnya Dacosta pun ditangkap seorang diri saat berada di keramaian pasar untuk berbelanja keperluan pasukannya.
Hukuman Mati
Pasca penangkapannya oleh TNI 321 Baokao Timor-Timor, Dacosta harus mengakui kesalahannya dan memberitahu di mana keberadaan pasukanya berada. Ia bahkan dikabarkan akan dieksekusi mati.
Beberapa hari sebelum dieksekusi, Dacosta sempat bermimpi dirinya didatangin dua orang ‘bidadari’. Dalam mimpinya, dua bidadari itu memintanya untuk bersegera masuk agama Islam.
Dacosta bertanya, apa itu Islam? “Agama Islam itulah agama yang benar dan agama orang mayoritas Indonesia yang masuk di Timor Timor,” demikian ujar bidadari dalam mimpinya.
Esok harinya, ia lupakan mimpi tersebut. Namun pada malam kedua, dia bermimpi lagi bertemu seorang pemuda. Dalam mimpinya, sang pemuda mengajaknya mengaji, melafadzkan huruf huruf Arab dan menuntun ia untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah menunaikan hajat tersebut, pemuda yang ditemui dalam mimpi itu memberikan hadiah berupa Al Quran cetakan Istambul dan sebuah cincin bertuliskan nama Allah Subhanahu Wata’ala.
Betapa kagetnya Dacosta, sebab saat ia terbangun dari mimpi, ternyata Al Quran dan cincin bertuliskan nama Allah Subhanahu Wata’ala itu ada di kantong saku bajunya.
Tanpa pikir panjang, esok harinya Dacosta pun akhirnya memeluk ajaran agama Islam di Kompleks TNI 321 Baokau Dilli Timor-Timor (sekarang Timor Leste).
Setelah masuk Islam Dacosta merubah namannya menjadi Zainuddin. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pasca kabar keislaman Dacosta, dirinya mendengar keputusan dibebaskan dari hukuman mati.
Mendengar dirinya dibebaskan dari hukuman mati maka Zainuddin ia bertekad mengislamkan keluarganya dan orang-orang sebanyak-banyaknya agar mau masuk Islam.
Demikian kisah Zainuddin, muallaf eks Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT), saat menghadiri acara Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Hidayatullah Kupang yang bertempat di Masjid Hidayatullah Kampus Dua, Kabupaten Kupang NTT hari Jum’at (25/03/2016).
Zainuddin datang di PP Hidayatullah Kupang guna menghadiri acara pembagian sembako kepada muallaf dan kaum dhuafa binaan Pesantren Hidayatullah NTT. Sekaligus dilanjutkan acara dialog bersama Syafruddin Atasoge, DPD RI Perwakilan NTT.
1280 Orang Memeluk Islam
Menurut Zainuddin, pada tahun 1999, saat Pemilu di Timor Timur digelar, Zainuddin terpilih sebagai anggota DPRD. Namun selang beberapa bulan setelah pelantikan, lahirlah kerusuhan besar-besaran.
Pembunuhan, penghancuran infrastruktur marak menyusul referendum yang dimenangkan kelompok pro kemerdekaan.
“Karena melihat ada campur tangan tentara Portugis, Australia, dan Amerika membuat masyarakat diungsikan ke Atambua hingga ke Kupang, “ tutur Zainuddin.
Selama dua tahun dirinya berada di Atambua akhirnya tepat tahun 2002 Zainudin hijrah ke Desa Boniana Kabupaten Kupang Barat NTT. Di sinilah Zainuddin mulai bekerja dengan tenang meski hanya sebagai peternak dan petani.
Namun satu hal yang selalu membuatnya bersemangat. Yakni ketika mendengar kabar ada orang yang ingin masuk Islam. Tak segan Zainuddin segera menyewa kendaraan dan langsung menuju ke lokasi walaupun ratusan kilo dengan biaya pribadi. Ia segera menunaikan kewajibannya karena telah bertekad agar banyak orang yang mengenal Islam dan mengikuti jejak ajaran Rasulullah Muhammad ini.
“Bagaimana mengislamkan orang lain sebanyak banyaknya,” demikian harap Zainuddin.
Pasca memeluk Islam, Zainuddin tak tinggal diam. Dia mengajak keluarga dan warga eks Timor Leste menerima Islam.
Alhamdulillah hingga sekarang Zainuddin mengaku telah mengislamkan tidak kurang 1280 orang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mulai dari Timor Leste hingga ke Kupang.
Berkat jasa Zainuddin, hati Ustadz Syamsul Arifin Nababan terketuk dan akan memberangkatkannya beribadah umroh pada bulan Mei 2016 mendatang. (Abu Zain Zaidan, NTT)
Sumber: Hidayatullah