Ustadz Zulfi Akmal
(Al-Azhar, Cairo)
Banyak yang menuliskan dan men-share cuplikan pidato Bapak BJ Habibie, mantan Presiden Indonesia ke-3, yang beliau sampaikan ketika memberikan orasi di Cairo-Mesir. Kalimatnya seperti ini:
“Saya diberi kenikmatan oleh Allah ilmu dan teknologi sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama lebih bermanfaat untuk umat Islam, kalau saya disuruh milih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu agama”.
Alhamdulillah, ketika Bapak Habibie menyampaikan pidatonya itu di Al Azhar Conference Center saya ikut hadir. Cuma seingat saya beliau tidak mengatakan seperti itu. Yang selalu saya ingat dan terngiang dari ungkapan beliau bunyinya seperti ini:
“Andaikan Allah memberi saya pilihan antara kecerdasan intelektual dan spiritual, saya akan memilih kecerdasan spiritual. Tapi bila Allah berkenan memberikan keduanya, saya minta kedua-duanya. Dan Alhamdulillah, Allah mengaruniakan keduanya kepada saya”.
Seingat saya, beginilah kurang lebih kalimat yang disampaikan oleh Bapak BJ Habibie waktu itu, bukan seperti yang banyak tersebar. Ketika itu ada ratusan mahasiswa Al Azhar yang juga ikut mendengarkan. Barangkali ada di antara mereka yang membaca status saya ini, tolong dibenarkan dan diingatkan, mana yang lebih benar? Mungkin juga ada yang punya rekamannya.
Atau ada yang bisa konfirmasi langsung kepada Bapak BJ Habibie lebih baik lagi, apakah benar beliau pernah bicara seperti itu?
Karena menurut saya, kalimat di atas itu banyak disukai orang karena seolah-olah sangat berpihak kepada agama. Padahal Islam tidak pernah membedakan antara ilmu. Yang penting bermanfaat untuk agama, kemanusiaan, dan bisa menjadi perantara pendekatan diri kepada Allah.
Setiap kita berusaha menurut kemampuan dan bidangnya masing-masing. Kurang tepat kiranya bila ilmu dan karya yang sudah sehebat itu beliau lahirkan dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Apapun ilmunya bila digunakan untuk mengabdi kepada agama posisinya tetap sama di sisi Allah.
Tidak semua shahabat Rasulullah menjadi ulama seperti Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas. Ada yang jadi pengusaha, petani, tukang, pengembala, dll. Tapi tidak ada di antara mereka yang merasa lebih unggul dan memandang yang lain lebih unggul. Masing-masing ada keunggulan dan kelebihan pada bidangnya, yang kesemuanya bermanfaat bagi Islam.
Selain itu, saya merasakan ada ajakan halus dari kalimat itu untuk meninggalkan ilmu alam, supaya menuju ilmu syari'at. Dan ini jelas tidak benar. Islam ini bisa berjaya bila ditopang dengan segala potensi dan ilmu. Mustahil akan berjaya hanya dengan ilmu agama. Atau saya yang salah paham?
Yang tidak kalah penting dari itu semua, sebarkanlah ucapan orang lain sesuai dengan yang ia katakan, jangan dilebihkan dan dikurangi. Apalagi diselewengkan.
Wallahu a’lam.
***
Cuplikan video:
DIALOG UMUM
"Indonesia Pasca Reformasi dan Peran Lulusan Al-Azhar"
Bersama: Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie
Cairo, 6 Juli 2011
[ACC] Al-Azhar Conference Center