BERSYUKURLAH YA IKHWAN
(Ringkasan Pengajian Jarak jauh Jakarta-Eropa, Ahad, 27 Maret 2016)
Oleh: Fahri Hamzah*
Terhadap Kegalauan, saya memberi kerangka pemikiran kepada para ikhwan dan akhwat. Suatu kerangka sejarah yang kuat dan membuat kita harus selalu punya harapan dan menatap masa depan dengan keyakinan. Kerangka ini adalah serangkaian syukur dan refleksi tentang perjalanan.
Pertama, Mensyukuri Warisan Islam dan Ummat nya.
Kita adalah Ummat terbaik dari risalah akhir zaman dan dibawa oleh penghulu para nabi dan rasul. Tidakkah ini membuat kita optimis dan bangga? Rasul SAW tidak saja menyambungkan kita dengan risalah terdahulu sejak manusia pertama tetapi juga membawa kita sampai akhir zaman. Beliau SAW tidak saja memberi kita manhaj tetapi juga meninggalkan kepada kita ummat dan kota-kota yang kelak menjelma menjadi negara dan kekhalifahan. Tugas beliau telah selesai, tetapi kerja kita untuk meneruskannya tidak akan pernah selesai. Inilah cara kita bersyukur.
Kedua; mensyukuri negara kita dan menghadapi dunia yg gelisah.
Kita bersyukur karena Allah mentakdirkan kita hidup menjadi warga negara Indonesia yang aman dan damai. Dari seluruh negara Islam yang sekarang mendapat cobaan, maka kitalah yang harus memikirkan keadaan mereka. Dan itu memerlukan kekuatan. Karena dunia yang kita hadapi hari ini adalah dunia yang mengancam. 25 tahun yang lalu Samuel Huntington telah menerka benturan ini tetapi sebetulnya itu adalah rencana. Ada perang besar antara Barat dan Islam dan Confusius. Sekarang itu terjadi karena China melampaui barat secara material tetapi Islam menantang barat secara spiritual. Maka terjadilah benturan itu, ini tidak bisa dihindari, kita hanya perlu mempersiapkan diri. Islam sekarang difitnah oleh sekelompok semacam ISIS, sementara itu, wajah Islam yang indah semakin terselebungi.
Ketiga, Mensyukuri Harokah dan Partai kita.
Harokah dan Partai islam di seluruh dunia mendapat cobaan berat. Sebagian bahkan menjadi musuh negara dan difitnah sebagai bagian dari gerakan terorisme. Sementara demokrasi Indonesia mendukung iklim berpolitik terbuka dengan berbagai aspirasi termasuk aspirasi Islam di dalamnya. Maka inilah pekerjaan besar partai kita, masuk ke dalam negara dan membuktikan bahwa di tangan kita negara akan lebih adil dan sejahtera. Maka partai harus didorong melahirkan kader-kader cemerlang yang fenomenal sehingga dengan kader yg menjadi tokoh besar ini banyak simpati publik kita dapatkan. Selanjutnya partai juga harus memperkuat jaringan struktur dan sumberdaya pendukung riil partai. Jangan terjebak permainan citra sebab ia naik dan turun tanpa kendali kita.
Terakhir, Mensyukuri Pribadi dan Keluarga Kita.
Kita juga harus punya falsafah yang benar tentang menata hidup kita pribadi dan keluarga sebab dari sanalah ia dimulai. Dengan segala wawasan dan kesibukan maka kita tidak akan dapat apa-apa jika kita mengabaikan hak diri dan keluarga. Itulah sebabnya alquran mengingatkan agar kita ..."menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka..." yang lain mungkin sulit kita jaga..tapi diri dan keluarga mutlak. Di depan Allah nanti kita bertanggungjawab masing-masing. Janganlah kesibukan kita menjadi sebab rusaknya diri dan hancurnya keluarga kita.
Penutup
Demikianlah kerangka perspektif kita atas perjuangan di dunia ini. jika kita berpegang pada sistematika itu maka insya Allah kita akan proporsional memandang realitas dan tidak galau. Seperti tertib amal dalam dakwah. mulailah dari diri, keluarga, masyarakat, negara dan akhirnya dunia dalam kendali kita insya Allah.
Arus zaman dapat diputar dan dipercepat jika orang-orang besar lahir dalam jumlah yang besar dan menopang kerja-kerja peradaban yang cemerlang. Inilah harapan kepada semua ikhwan.
Dan beginilah cara kita bersyukur kepada Allah SWT.
Wallahualam.