Kata kak Seto, dunia anak-anak adalah dunia bermain. Melalui permainanlah anak-anak mengekspresikan dirinya terhadap apa yang mereka lihat dan rasakan.
Maka lumrah jika anak-anak akan merasa bisa terbang setelah menonton film Superman; akan merasa bisa loncat sana-sini setelah nonton film Batman; atau anak-anak perempuan yang merasa dirinya menjadi seorang putri kerajaan setelah menonton film Frozen, dan lain sebagainya.
Semua anak-anak akan mengalami proses yang sama. Melihat... merasakan... kemudian mewujud dalam sebuah permainan. Dimanapun mereka berada.
Pun dengan anak-anak Palestina. Mereka juga sama. Hanya bedanya, yang mereka saksikan bukanlah tokoh-tokoh fiktif. Yang mereka saksikan adalah para syuhada yang diterjang peluru atau dihantam roket, yang jenazah mereka diangkat diatas keranda untuk kemudian diantarkan oleh ratusan hingga ribuan orang.
Mereka melihat.... mereka merasakan, kemudian mewujud dalam sebuah permainan, seperti pada gambar diatas.
"Yuk, kita main syahid-syahidan," mungkin seperti itu celotehan anak-anak Palestina ini. Dengan ekspresi penuh kegembiraan, BUKAN ketakutan.
Generasi yang luar biasa! Syahid di jalan Allah sudah menjadi cita-cita mereka sejak kecil..
Maka... bagaimana mungkin zionis israel mampu menghadapi generasi yang ringan menghadapi kematian, sebagaimana mereka (zionis) berat meninggalkan kehidupan.
Itulah sebabnya anak-anak Palestina kerap menjadi buruan tentara-tentara biadab zionis israel, bahkan ketika anak-anak itu masih berada dalam kandungan ibu-ibu mereka.
Sekarang... mari bertanya pada diri kita. Tontonan apa yang kita suguhkan untuk anak-anak kita? Apakah tokoh banci macam 'bang sally' di serial Upin-Ipin yang kita suguhkan untuk kemudian ditiru oleh anak-anak kita?
Erwin Al-Fatih
(Penyayang Anak)