"Qarar" Tidak Berarti "Tanfidz"
Oleh Ustadz Musyafa Ahmad Rahim
Di suatu kelas, seorang guru menjelaskan di hadapan para muridnya: "Ada empat burung bertengger di satu pohon. Tiga dari empat burung itu membuat satu keputusan (qarar) bersama untuk terbang meninggalkan pohon itu. Yang satu ekor burung lagi berkeputusan (membuat qarar) untuk tetap tinggal di pohon itu".
Lalu sang guru bertanya: "Berapa burung yang masih tinggal di pohon itu?"
Seluruh murid secara aklamasi, serentak dan serempak menjawab: "Tinggal satu ekor!!!"
Namun, tiba-tiba, ada seorang murid yang merubah jawabannya: "Empat burung tetap berada di pohon itu!!!"
Sontak saja semua murid menoleh kepadanya.
Dan sang guru pun bertanya kepadanya: "Bagaimana penjelasannya??!!"
Sang murid menjelaskan: "Betul, tiga burung telah membuat keputusan (qarar) bersama untuk terbang, namun, mereka belum meng-eksekusi (men-tanfidz) keputusan mereka, mereka belum terbang, dengan demikian, mereka masih tetap berada di pohon itu bersama satu ekor burung yang berkeputusan (meng-qarar) tetap tinggal dan bertengger di pohon itu!!!"
Maka sang guru pun bertepuk tangan, dan memberikan hadiah kepada sang murid itu atas jawaban dan penjelasannya yang sangat brilian.
Begitulah yang sering terjadi dalam kehidupan kita, kita seringkali hanya pandai membuat keputusan (qarar), dan seringkali keputusan itu berhenti pada sebatas keputusan (qarar) dan tidak berlanjut ke tanfidz (eksekusi dan pelaksanaan), padahal beda jauh antara qarar dan tanfidz.
ربنا اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه
اللهم حبب إلينا الإيمان، وزينه في قلوبنا، وكره إلينا الكفر والفسوق والعصيان، واجعلنا من الراشدين
اللهم ارزقنا الإخلاص في القول والعمل
*dari fb ustadz Musyafa Ahmad Rahim (23/1/2016)
(NB: Tiap kali nulis, ada yg sensi dg beropini: "siapa ni yg disindir or disinggung?", haruskah aku tdk usah nulis lagi? Repotnya jd yg dicurigai)