"PERAHU NUH" Oleh Anis Matta


"PERAHU NUH"

Oleh Anis Matta*

Mereka mengejeknya. Mereka bilang itu pekerjaan yang sia-sia belaka. Mereka bilang tak ada hajat sama sekali untuk membuat perahu. Lantas mengapa? Mengapa Nuh membuatnya? Tapi Nuh toh tak bergeming. Ia tetap saja melanjutkan pekerjaannya. Ia bekerja dengan keyakinan penuh.

Mereka yang pandangan matanya pendek, selalu hanya melihat hujan yang turun di depan mata mereka. Mereka takkan sanggup melihat awan. Apalagi melihat bagaimana awan menyerap air dari bumi. Mereka juga tidak bisa melihat bagaimana hujan mengubah wajah bumi kita. Mereka yang pandangan matanya pendek, selalu memfokuskan tatapannya pada hilir dari sebuah sungai. Mereka tidak pernah bisa melihat hulu dari mana sungai itu mengalir. Apalagi menemukan mata air yang menyemburkan air itu.

Sebagian dari kuasa pengetahuan itu terletak pada fakta bahwa ia membuka mata kita untuk dapat melihat lebih jauh dari yang dapat dilihat orang lain, melihat horizon yang lebih luas dari apa yang mungkin dilihat orang lain, dan karenanya membantu tangan kita menjangkau lebih banyak dari apa yang dijangkau tangan orang lain. Pengetahuan membuka mata kita untuk melihat fakta-fakta secara lebih apa adanya, menyeluruh dan jelas terang, dan karenanya membantu kita merekonstruksi realitas dalam kerangka ruang dan waktu, serta menentukan sikap dan tindakan terhadap realitas tersebut.

Pengetahuan yang diperoleh Nuh dari sumber wahyu tentang akan datangnya sebuah banjir besar mengharuskan beliau menyiapkan perahu. Beliau tahu apa yang akan terjadi, maka ia tahu apa yang harus beliau lakukan. Itu sebabnya beliau bekerja dengan keyakinan penuh, menanggapi semua ejekan dengan tenang, santai dan dingin. Beliau melihat lebih jauh dari kaumnya. Beliau lebih antisipatif dari kaumnya. Karenanya beliau bisa menjangkau lebih jauh dari mereka.

Pengetahuan membuat ruang masa depan, dengan segenap peristiwa-peristiwanya, tergambar jelas dalam benak Nuh. Bahwa ada ancaman yang akan membinasakan mereka. Dan itu pasti, karena sumbernya dari langit. Maka perahu itu adalah tindakan antisipatsinya. Itulah sebagian dari kuasa pengetahuan itu: ia membantu kita bereaksi secara tepat, bersikap secara teratur dan bertindak lebih cepat.

Mereka yang memiliki pengetahuan, biasanya memiliki speed of life yang lebih cepat. Speed itulah yang sering tidak dapat dipahami orang ramai. Maka mereka bereaksi secara negatif: mengejek atau menuduh, bukan bertanya dan mencari tahu.[]

*Disalin dari Tarbawi, Edisi Desember 2009


Baca juga :