Menilik "Mundurnya" Ma'roef Sjamsoeddin dari Freeport


Oleh Canny Watae

Ma'roef Sjamsoeddin mundur dari Freeport. Mundur? Tidak juga. Lebih tepatnya: Kontrak Kerjanya bersama raksasa tambang asal Amerika itu berakhir. Namun, memandang hal ini dari sisi masa kontrak (yang berakhir), menimbulkan tanda tanya baru: mengapa kontrak Maroef, yang adalah posisi tertinggi dalam lingkup PTFI, berbentuk Kontrak-1-Tahun belaka?

Agak janggal, posisi tinggi Presiden Direktur hanya dianugerahkan dengan kontrak bermasa 1 tahun. Pula, untuk perusahaan padat-modal, tinggi-resiko, dan bersifat overseas (di negeri orang, dipandang dari sisi Freeport McMoran, induk PTFI yang bercokol di Amerika Serikat).

Durasi jabatan Presdir untuk organisasi perusahaan skala raksasa seperti PTFI seyogyanya berkisar pada terminologi "mid" (sedang), bahkan cenderung "long" (panjang) mengingat pemegang jabatan itu memikul tanggung jawab besar yang berhubungan langsung dengan kehidupan Perusahaan. Salah satunya, sang Presdir harus meletakkan pandangan (Visi) untuk kelanjutan Perusahaan ke depan. Pemegang jabatan "short-term" tidak bisa memikul tanggung jawab visioner. Minimal, dengan ikatan masa jabatan yang singkat, yang bersangkutan hanya menjalankan apa yang disebut "Do" dan "Don't" saja. Ini, makin menambah kejanggalan perihal "tidak-berlanjut" nya Ma'roef sebagai Presdir PTFI.

Menilik sebuah wawancara di stasiun televisi, Ma'roef tidak berlanjut dengan alasan "Pribadi". Bagi sesiapa pun yang pernah bekerja pada level Senior Managament, alasan "Pribadi" adalah alasan paling aman untuk meninggalkan sebuah jabatan. Biasanya, ada alasan lain yang lebih mendasar, namun tak perlu diungkapkan, dan alasan "Pribadi" dapat menjadi tameng untuk menghalau semua pertanyaan yang mengarah ke alasan sebenarnya. Dunia profesional sepakat, "Pribadi" adalah ranah yang tak boleh digugat. Mengapa? Ya, itu adalah pribadi.

Nah, mengapa pula PTFI hanya menganugerahkan kontrak yang bersifat "short" pada Ma'roef? Apakah karena Ma'roef, yang memang tidak memiliki latar belakang pertambangan, tak pula memiliki latar belakang swasta, hanya diberi daftar "Do & Don't" yang telah dipersiapkan induk PTFI saja? Apakah Ma'roef direkrut memang hanya untuk misi jangka pendek saja?

Sebenarnya, apabila Ma'roef murni orang profesional tambang, perihal jabatan dan durasi menjabatnya itu tidaklah "sesuatu" bagi kita. Simpel melihatnya: kontrak (pendek) nggak lanjut berarti "tidak performed". Kontrak berlanjut berarti sebaliknya. Sebenarnya lagi, apabila di masa jabatannya tidak terjadi kehebohan, di mana ketua parlemen negara kita harus mengundurkan diri, maka kita tidak perlu memalingkan perhatian ke tempat kerjanya Ma'roef. Lebih sebenarnya lagi, andai Ma'roef bukan bekas petinggi Intelijen negara, maka let bygones be bygones.... yang lalu biarlah berlalu.

Perkaranya: Ma'roef adalah (bekas) petinggi Intelijen. Saya menyimpan kata "bekas" ke dalam tanda kurung untuk mengatakan bahwa: tidak ada istilah bekas untuk orang Intelijen. Semua memori intelejensia mengenai Negaranya akan terus ada, terbawa dalam lintasan karir berikutnya (pasca masa pengabdian resmi sebagai Intel Negara). Pensiun sekalipun, seorang Intel tetaplah Asset negara. Asset negara yang disukai negara lain.

Merekrut Ma'roef menjadi Presdir, bagi Freeport lebih banyak faktor "menguntungkan" ketimbang faktor "resiko" bahwa Ma'roef seorang Intel. Lah, kalau lebih kuat faktor "resiko"-nya, Freeport McMoran tidak akan merekrut yang bersangkutan. Tetapi, itu dulu.

Merebaknya kasus yang kemudian membuat ketua parlemen "host country" terjungkal, membuat induknya PTFI, Freeport McMoran otomatis menjadi obyek penyelidikan di negaranya sendiri. Pertemuan Ma'roef sebagai Presdir PTFI dengan Setya Novanto dan Riza Chalid dengan seluruh materi pembicaraannya itu sangat tipis jaraknya dengan tindakan pelanggaran hukum Amerika Serikat. Status Ma'roef sebagai karyawan sebuah perusahaan Amerika membuatnya secara otomatis berada dalam jangkauan para penegak hukum negera itu. Ma'roef bisa didakwa sebagai memberi informasi rahasia perusahaan kepada pihak luar (insider) yang memungkinkan terjadinya persaingan tidak sehat dalam mendapatkan pekerjaan dari sebuah perusahaan Amerika. Di Amerika, Hukum adalah Hukum. Adalah tidak mengherankan mendengar kabar Desember lalu, James Moffet, chairman sekaligus pendiri Freeport McMoran, yang namanya tersebut-sebut dalam sadapan rekaman Ma'roef, mengundurkan diri dengan alasan jatuhnya harga komoditas. Jatuh-bangun harga komoditas adalah "nature"nya para penambang... adalah hal biasa, ada dalam kuadran "Challenge" yang justru membuat adrenalin para CEO terpacu untuk bikin "survive" perusahaan. Apalagi sebagai pendiri. Bukannya harus mundur.

Lalu, sekarang episode Freeport berlanjut ke soal kepemilikan. Ma'roef terjebak pada soal yang membawa dia ke akar diri dia sebagai seorang Intel negara. Negaranya ternyata tak punya duit untuk menutupi "kewajiban" membeli sekian persen saham yang wajib dilepas oleh Freeport. Di sisi lain, soal kepemilikan itu mungkin juga tidak berada pada daftar "Do" yang harus dia lakukan dalam Kontrak-1-Tahun nya. Menarik tuas "Eject" adalah pilihan terbaik bagi sang Marsekal. Kursi Lontar pun terlontar. Ma'roef kini dengan parasut melayang di udara. Ke mana parasut itu akan mendarat? Ke kebun untuk menikmati kemerdekaan masa pensiun? Atau ke Medan Merdeka?[]

Baca juga :