Harga minyak mentah dunia terus mengalami penurunan secara cukup signifikan. Bahkan saat ini diperdagangkan dikisaran USD 27-28 per barelnya.
Dengan harga itu, tentunya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini masih berpeluang untuk diturunkan kembali. Walaupun konsekuensinya, impor berpeluang naik dan menyebabkan defisit neraca perdagangan.
"Harga keekonomian BBM saat ini terus mengalami penurunan. Saya menghitung harga BBM sebenarnya bisa diturunkan hingga di bawah Rp.5.000 per liter. Akan tetapi tidak semua Negara melakukan penurunan yang sama seperti penurunan harga minyak mentah dunia. Kondisinya memang cukup dilematis, namun sebaiknya harga BBM harus diturunkan,"ujar Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin, Kamis (21/1/2016), lansir Okezone.
Alasannya menurut Gunawan, adalah jika BBM kembali diturunkan maka daya beli masyarakat akan meningkat. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini, daya beli bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Karena konsumsi akan kembali meningkat dan akan menjadi bumper agar pertumbuhan ekonomi tidak melambat di bawah level 5%.
"Walaupun ada sejumlah resiko jika harga BBM diturunkan mengikuti harga keekonomiannya. Yakni potensi konsumsi yang naik yang berpeluang untuk mendongkrak impor. Jika impor naik di tengah kondisi ekspor yang tidak kunjung membaik. Maka konsekuensi selanjutnya adalah Defisit neraca bisa melebar yang bisa menghempaskan Rupiah," tandasnya.
Harga Minyak dunia yang lagi murah saat ini, lanjut Gunawan, tentunya akan menyeret harga komoditas lain mengalami keterpurukan. Ekspor bisa anjlok, khususnya ekspor migas. Masalah perlambatan ekonomi global saat ini memang harus disiasati dengan cermat. Pemerintah tidak sepenuhnya mengalami kerugian dengan penurunan harga minyak mentah tersebut.
Akan tetapi pemerintah dituntut kreatif agar mampu memaksimalkan potensi yang ada untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Saya pikir rumusan yang sejauh ini dibuat sudah jelas. Khususnya dalam paket kebijakan ekonomi. Nah eksekusinya yang menjadi tolak ukur keberhasilannya.
"Pemerintah harus memikirkan matang-matang untuk menurunkan harga BBM di dalam negeri. Walaupun tidak harus segera. Kebijakan menurunkan BBM ini menjadi amunisi yang kuat untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia," jelasnya.