Dulu Biaya Angkut Sapi Rp 1,8 Juta, Kini Pakai ‘Tol Laut’ Menjadi Rp 320 Ribu/Ekor
https://harianjokowi.wordpress.com/2015/12/21/dulu-biaya-angkut-sapi-rp-18-juta-kini-pakai-tol-laut-menjadi-rp-320-ribuekor/
Demikian judul berita dari Media Pro-Jokowi.
CLEAR! Saya semakin meyakini bahwa salah satu penyebab militansi buta para loyalis Pak Jokowi adalah adanya asupan-asupan informasi menyesatkan dari berbagai situs-situs abal-abal pendukung Pemerintah.
"Dulu Biaya Angkut Sapi Rp 1,8 Juta, Kini Pakai ‘Tol Laut’ Menjadi Rp 320 Ribu/Ekor"
ITU BERITA MENYESATKAN!
Yang betul adalah: Kementerian Perhubungan MEMBERI SUBSIDI kepada setiap ekor sapi yang dibawa dengan Kapal, per satu ekor sapi memperoleh SUBSIDI Rp 1,5 juta.
Sebetulnya, TOTAL biaya angkut sapi dari Kupang-Jakarta mencapai Rp 1,8 Juta/ekor, lalu DISUBSIDI PEMERINTAH Rp 1,5 JUTA dengan demikian maka Per EKOR Sapi hanya membayar Rp 300.000.
Silahkan cek dengan berita DETIK.COM ini:
Lewat Kapal Angkut Sapi, Kemenhub Subsidi Rp 1,5 Juta/Ekor
http://finance.detik.com/read/2015/12/11/173849/3093800/4/lewat-kapal-angkut-sapi-kemenhub-subsidi-rp-15-juta-ekor
NAH...
Dengan demikian MURAHNYA ongkos angkut sapi itu BUKAN karena efisiensi melalui "TOL LAUT" melainkan karena DI SUBSIDI.
Padahal dalam berbagai kesempatan, Pak Jokowi menyatakan MENCABUT SUBSIDI konsumtif [BBM. LISTRIK, DLL] dan dialihkan kepada subsidi produktif.
Kalau kita mengambil contoh kasus kepada Pengangkutan Sapi ini, sebetulnya siapa yang PALING DIUNTUNGKAN dalam menikmati SUBSIDI?
Apakah peternak kecil di NTT benar-benar turut menikmati SUBSIDI?
Apakah daging di pasaran menjadi lebih murah [dengan demikian rakyat sebagai konsumen akhir turut menikmati subsidi]?
ATAUKAH... yang menikmati SUBSIDI HANYALAH para para pedagang sapi??? Nah... di tingkat inilah biasanya rawan manipulasi, siapakah mereka para pedagang sapi penikmat subsidi? adakah KKN di sana?
(Tara Palasara)