Turki "Memaksa" Israel untuk "Membantu" Pembangunan Kembali Jalur Gaza


Pada Sabtu kemarin, 19 Desember 2015, pemimpin Hamas Khalid Meshaal bertemu dengan Presiden dan Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Ahmet Davutoglu di Istanbul. Pertemuan ini dilakukan dalam kaitannya pembangunan di Gaza. Penguasa otoritas Gaza di Palestina adalah Hamas.

Khalid Meshaal menyampaikan kondisi di Gaza saat ini dan apa yang sudah dilakukan terkait pembangunan infrastruktur dan sosial di Gaza, sedangkan Turki menyampaikan komitmen mereka untuk membantu Hamas dalam membangun kembali Gaza.

Hal tersebut diwujudkan Turki dengan salah satunya menggunakan kekuatan mereka, untuk menekan Israel yang memblokade penuh akses ke Gaza. Mulai 17 Desember 2015, Israel dan Turki melakukan pertemuan maraton di Swiss, untuk mencari konsensus terhadap pembukaan blokade Israel atas Gaza. Selain itu Turki meminta Israel untuk meminta maaf serta membayar kompensasi kepada warga Gaza dan Palestina, yang sementara ini disepakati diangka Rp 300 Miliar (dari 1,5 triliun yang diminta Turki).

Hal ini diminta Turki kepada Israel, sebagai pengalihan bentuk gugatan kompensasi terhadap Israel kepada Turki atas insiden kapal Mavi Marmara pada tahun 2010. Pada 2013, Benyamin Netanyahu baru menyampaikan permintaan maaf lisan kepada Turki atas insiden tersebut, yang ditolak oleh pihak Turki, karena Turki lebih meminta permintaan maaf dilakukan kepada Palestina dalam bentuk yang lebih nyata.

Sebagai kompensasi kepada Israel, Turki menggunakan kekuatan ekonominya, dengan akan membuka kembali keran ekspor Migas Israel serta komoditi lainnya. Selain itu, akses ekspor impor Israel yang melintasi wilayah Turki akan diizinkan untuk batasan komoditi tertentu.

Buat Turki, ini akan membuat Gaza akan kembali mudah diakses dalam menerima suplai kebutuhan hidup warganya, dan kebutuhan pembangunan rumah, gedung sekolah, rumah sakit serta fasilitas primer-sekunder lainnya. Pasar-pasar akan kembali hidup karena komoditi yang diperdagangkan pun akan masuk, dan ini akan berimbas kepada naiknya kualitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat Palestina.

Kita lihat bagaimana Kekuatan Kapitalisasi Ekonomi dan Militer, menguatkan Izzah Turki dalam menekan negara penuh backing seperti Israel. Kita lihat bagaimana izzah Islam yang kuat mampu menghasilkan sesuatu bagi humanisme dan kebangkitan suatu negeri yang dijanjikan.

Hal ini (pembukaan akses dagang Istael) tidak bisa dilakukan oleh Indonesia ya... Kalau izzah pemimpin Indonesia tidak ada di rakyatnya dan di dunia Internasional, alih-alih kita berperan, mengontrol, dan menekan Israel, malah kita yang akan jadi pelayan dan dikuras SDA nya oleh mereka. Camkan ya, Izzah pemimpinnya harus wah dulu!!

(Deny Rahmad Sikumbang)

Baca juga :