Suharsono, Pensiunan Polisi yang Runtuhkan Dinasti Idham Samawi


BANTUL - Pasangan Suharsono-Abdul Halim dalam pilkada serentak di Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta memang belum resmi dinyatakan menang. Kendati begitu, berdasarkan hasil hitung cepat, pasangan yang diusung Partai Gerindra, PKB, PKS, dan Demokrat ini berhasil mengungguli duet Sri Suryawidati-Misbakhul Munir yang diusung PDI Perjuangan dan Partai NasDem.

Berdasarkan hasil rekapitulasi sementara KPU Kabupaten Bantul hingga pukul 17.00 WIB, pasangan Suharsono-Abdul Halim memperoleh suara 161.818 (53,36 persen), sedangkan pasangan Sri Suryawidati-Misbakhul Munir mendapatkan suara 141.441 (46,64 persen).

Saat ditemui di kediamannya, Suharsono mengaku baru enam bulan menjadi topik pembicaraan masyarakat Bantul setelah memutuskan maju menjadi calon bupati. Tak dinyana, pensiunan polisi ini bisa mengungguli perolehan suara calon petahana, bahkan bisa dikatakan politik dinasti. Maklum saja, Sri Suryawidati merupakan istri dari Idham Samawi yang pernah menjabat bupati Bantul selama dua periode sebelumnya.

"Saya itu kaget. Padahal baru terjun ke dunia politik selama enam bulan. Keluarga Bu Ida (sebutan Sri Suryawidati) sudah berkuasa 15 tahun," kata Suharsono di kediamannya, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Kamis (10/12/2015).

Secara peta politik, Bantul merupakan salah satu basis pendukung PDI Perjuangan sekaligus pengusung lawan pasangan dari Suharsono. Meskipun, sebelum maju dengan kendaraan Partai Gerindra, Suharsono sebetulnya sudah pernah mendaftar dan mengikuti tes masuk ke PDI Perjuangan. Lantaran yang menguji dia adalah Idham Samawi, kemudian Suharsono tak lolos dalam tes itu. "Apalagi bu Ida itu incumbent," kata dia.

Tak cukup sampai di situ rasa keraguan yang ditujukan Suharsono saat awal mendeklarasikan maju dalam pilkada Bantul. Suharsono-Abdul Halim sempat dituding menjadi kendadat boneka untuk melengkapi calon petahana Sri Suryawidati-Misbakhul Munir. Isu itu muncul akibat pasangan nomor urut 1 ini dituding menerima uang Rp10 miliar untuk mendampingi calon petahana.

Suharsono mengatakan tidak terima atas tudingan miring tersebut. Ia mengaku sampai mendatangi kiai yang dikenal dan meminta untuk disumpah dengan kitab suci sebagai bukti tak menerima fee tersebut. "Jangankan Rp10 miliar, satu sen pun saya tidak pernah terima uang dari orang lain untuk biaya kampanye saya," kata dia.

Menurutnya, modal yang ditempuh untuk mengalahkan petahana dalam ajang pilkada di Bantul, yakni dengan memperkuat pertemanan dan jaringan komunitas. Sebagai orang yang lahir di Bantul, Suharsono mengaku memiliki banyak jaringan pertemanan sejak SD hingga SMA. Hal itu ditambah dengan menggaet sejumlah komunitas, seperti radio komunitas, pecinta kuliner, dan para alumni sekolahnya yang kemudian membentuk relawan.

"Relawan bikin kaos sendiri. Bikin spanduk sendiri, duitnya bukan dari saya. Saya sempat merasa nggak enak karena mereka banyak sekali membantu," ujarnya.

http://jatim.metrotvnews.com/read/2015/12/10/199814/suharsono-pensiunan-polisi-yang-runtuhkan-dinasti-idham-samawi


Baca juga :