“…Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan akan menjabat tangan kalian di tampat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi, sesaat demi sesaat, wahai Hanzalah! sesaat demi sesaat!”(HR Muslim dalam Shahihnya, dari Hanzhalah)
Kali ini perkenankanlah aku untuk sedikit berceloteh tentang makna sesaat demi sesaat itu bagi diriku yang jauh dari sikap konsistensi ini.
Ini tentang lingkaran itu. Kegiatan yang berlangsung sepekan sekali.
Ya, Kegiatan itu berlangsung sepekan sekali, berbentuk lingkaran dengan pesan-pesan yang mengingatkan; tentang sholat, tilawah, dan hafalan. Setiap yang hadir pada kegiatan berlomba dengan masing-masing kebaikan.
Kegiatan itu berlangsung sepekan sekali, dengan tempat yang berubah-ubah sesuai dengan kesepakatan yang tertawar; kadang di rumah sang Ustad, kadang di pelataran masjid, di taman bunga, di tempat olah raga atau dipinggiran pantai bertema suara anggun ombak yang menyapa juga ada. Fleksibel.
Kegiatan itu sepekan sekali, dengan semangat; berkumpul untuk mengingat Allah, agar Allah mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik, bersyukur padaNya atas juta nikmat dan mengenang perjuangan Sang suri tauladan Rasulullah, lalu belajar darinya lewat sirah nabawiyah.
Kegiatan itu berlangsung sepekan sekali, dengan sunggingan senyum yang terasa begitu nikmat; kita di ajarkan untuk bertoleran dalam hal perbedaan manhaj, dan tolong-menolong bersatu padu untuk hal-hal yang sejalan. Memperkecil perbedaan dan memperbesar persamaan.
Kegiatan itu sepekan sekali, ada cinta di situ; bertemu untuk mengatur langkah, berbagi kabar gembira juga keluh dan kesah tentang masalah, ada rajut ukhuwah, lalu kita diajak merasai manisnya persaudaraan Islamiyah.
Kegiatan itu berlangsung sepekan sekali, disitu ada ilmu tertumpah ruah, tak melulu soal syurga dan neraka, pembahsan terkadang mencair sampai urusan dunia dan bagaimana bertahan di dalamnya dengan ilmu dan amal tentunya.
Kegiatan itu berlangsung sepekan sekali, tetapi misi dan tujuan yang dibawah begitu mulia; Aqidah yang sempurna, akhlak yang mantap, waktu yang termenej, ibadah yang benar, teratur urusan, pribadi yang mandiri, mengekang hawa nafsu, bermanfaat, serta luas pengetahuan, merupakan deretan misi yang terangkum apik dalam muwassafat tarbiyah.
Memang, ia hanya sepekan sekali. tetapi bagaimanapun kita tahu, mejelis ini adalah mejelis ilmu dan dzikir yang tak berhenti sampai bubarnya lingkaran. Ketika mereka menutup pertemuan dan pergi untuk keperluan masing-masing, lingkaran itu hanya melebar. Ia melebar seluas aktivitas mereka Tulis Ustad Salim A Fillah.
Maka mari senantiasa menghadirinya, sebab kaidahnya jelas : jika engkau tak bersama mereka, engkau tak bersama siapa-siapa; jika mereka tak bersama engkau, mereka pasti bersama dengan orang selain engkau.
Maka semoga pertemuan sesaat demi sesaat dalam hitungan pekanan ini, menjadi sarana menjaga sikap keistiqomahan kita ditengah kuatnya godaan futur. Aamiin.
(Mujibu Rahman)