Saat pilpress 2014 hanya satu kali saya menonton debat capres. Itu pas banget ketika, Presiden Jokowi dengan bangga memamerkan kartu ini itu pada lawannya.
Sambil nada tinggi bercerita bahwa dana APBN kita sudah cukup sangat banyak, turah-turah. Untuk membiayai apapun program pemerintah. Dananya ada... dananya ada.
“Tinggal sistemnya aja yang perlu diperbaiki”. Kata Pak Jokowi.
Tapi ketika menjabat Presiden. Semua apa yang diomongkan dan arah kebijakan kok tidak seperti janjinya semasa kampanye.
Kebijakan Pemerintahan Jokowi sampai detik ini. Lebih banyak mengeluh kekurangan dana. APBN Bocor. Terpaksa harus saweran.
Kini rakyat 'diwajibkan' sedekah Rp 200-300/liter setiap beli BBM.
Walhasil, ketika rakyat seharusnya menikmati harga BBM yang murah. Terpaksa dicekik, harga BBM tak diturunkan dengan alasan Pemerintah lagi kekurangan dana.
Sebagai info saja. Pada 2014 saat menaikkan harga BBM, harga minyak dunia mencapai 120 dollar/barel. Dan sekarang akhir 2015, cuma 35 dollar/barrel.
Ketika rakyat diberi harapan bahwa tahun depan, 2016, Harga BBM akan turun. Sepertinya kok Presiden kita tetap tak rela kalau rakyat sedikit sumringah karena menatap tahun baru dengan harga BBM baru.
Agar tidak terlalu murah. Rakyat dibebani pungutan pada setiap liter BBM yang dibeli (Rp 200/liter premium dan Rp 300/liter Solar). Katanya untuk tujuan riset/pengembangan energi terbarukan/non minyak bumi.
Waduh lha emang anggaran belanja Negara yang mencapai 3000trilliun itu masih gak mampu ya untuk membiayai riset? Dulu katanya uang segitu turah-turah??
Jika kebutuhan BBM di Indonesia adalah 22juta Kiloliter. Atau = 22 Milyar Liter per tahun. Dan jika biaya pungutanya 200rupiah/liter... Maka total ada 4,4 Trilliun Rupiah uang rakyat yang akan masuk ke Kantong Pemerintah.
Entar uangnya bocor gak tuh?
Harapan saya, semoga uang pungutan yang dibebankan pada setiap liter BBM itu dihapuskan.
Nih video yang merekam statemen bahwa dananya sudah ada:
*Sumber: roda2blog.com