Dalam sesi pertama acara KIBAR (Keluarga Islam Indonesia Britania Raya) Autumn Gathering di Markfield, Leicester tempo hari; moderatornya sungguh bukan sembarang & bukan kepalang.
Prof. Hadi Susanto, Ph.D adalah Associate Professor dalam Applied Mathematics pada University of Essex; berasal dari pelosok Lumajang, bertungkus lumus dengan keterbatasan ketika kuliah di ITB, melanjutkan ke Twente Universiteit, Belanda; kemudian mengembara berbagi ilmu ke berbagai negeri dan melabuhkan pengabdiannya sebagai Ketua PCI NU Inggris Raya.
Cerdas, humoris, bersahaja, rendah hati, penyuka sastra.
Melihatnya, saya terkenang sosok Profesor Legowo Prasojo (atau Prasojo Legowo, lha wong dibolak-balik ya namanya tetap buagus je) yang diperkenalkan Sastrawan-Budayawan Prof. Umar Kayam dalam serial 'Mangan Ora Mangan Kumpul'-nya sebagai Jamhur Matematika Dunia yang suara motor bebek tuanya dari mBantul amat legendaris, "Ejlek enong ewer-ewer ejlek egung.." Hampir plek-dumplek Prof Hadi ini mirip dengan gambaran Prasojo Legowo-nya Pak Kayam.
Bertemu dengan beliau beberapa jenak meski beliau dengan amat rendah hati hadir menyimak kami memamerkan kebodohan dalam 3 sesi perbincangan, membuat saya belajar berbagai hal.
Saya sungguh berdoa, potret cendikia muslim Nusantara yang seperti beliau akan diperbanyak. Mahaguru yang tak henti belajar, tulisannya dimuat berderet-deret di berbagai jurnal dahsyat, berakrab dengan yang hijau dan mentah seakan tanpa jarak, dan membagi ilmunya dengan bahasa yang sederhana hingga orang seperti saya yang dulu mengira Matematika itu kependekan dari 'Makin tekun makin tidak karuan' pun terpesona oleh manthiq dan balaghahnya.
Tengoklah kumpulan tulisannya yang dibukukan dengan tajuk 'Tuhan Pasti Ahli Matematika'; maka segala pemodelan, pertidaksamaan, hingga matriks menjadi tampak begitu asyik untuk merenungkan cinta pada Gusti Allah, orangtua, dan sesama.
Dari beliau saya belajar; jika cinta adalah Matematika; maka kita harus menjadi peubah yang mengurangi ragu sampai habis, menambah yakin sampai utuh, membagi duka hingga tak bernilai, dan mengalikan kebahagiaan sampai tak terhingga.
Anda siap menyusulnya menjadi Al Khawarizmi baru dari Nusantara?
-Salim A. Fillah-
__
*dari notes fb ustadz Salim A. Fillah (03/12/2015)