Oleh Ustadz Abduh Zulfidar Akaha
"Pilkada Madinah"
Imam Ibnu Katsir menceritakan proses terpilihnya Utsman sebagai khalifah pengganti Umar bin Khathab,
... ثم نهض عبد الرحمن بن عوف رضي الله عنه يستشير الناس فيهما ويجمع رأي المسلمين برأي رؤس الناس وأقيادهم جميعا وأشتاتا، مثنى وفرادى، ومجتمعين، سرا وجهرا، حتى خلص إلى النساء المخدرات في حجابهن، وحتى سأل الولدان في المكاتب، وحتى سأل من يرد من الركبان والاعراب إلى المدينة، في مدة ثلاثة أيام بلياليها، فلم يجد اثنين يختلفان في تقدم عثمان بن عفان، إلا ما ينقل عن عمار والمقداد أنهما أشارا بعلي بن أبي طالب .
"... Kemudian Abdurrahman bin Auf ra. beranjak meminta pendapat masyarakat tentang keduanya (Utsman dan Ali). Pendapat kaum muslimin (secara umum) dia kumpulkan dengan pendapat para tokoh dan pemimpin-pemimpinnya, seluruhnya atau terpisah-pisah, dua orang dua orang, sendiri-sendiri, berkelompok, diam-diam ataupun terang-terangan. Termasuk perempuan-perempuan yang dipingit pun juga diminta pendapatnya, bahkan kanak-kanak yang lagi belajar pun ikut ditanya pendapatnya. Dia (Abdurrahman bin Auf) juga menanyai rombongan yang datang ke Madinah, termasuk orang-orang badui, selama tiga hari tiga malam. Hasilnya, tidak ada yang berselisih akan keunggulan Utsman, selain Ammar dan Miqdad yang mengusulkan Ali bin Abi Thalib."
[Ibnu Katsir, al-Bidayah wan Nihayah, jilad VII, halaman 164]
Iya.. dulu proses "pilkada"nya masih sederhana. Tapi intinya semua orang waktu itu diminta suaranya, baik para tokohnya, perempuan dan anak-anak. Termasuk orang badui dan pendatang..
Cuma sayangnya, waktu itu belum ada istilah demokrasi, that's it..
___
*dari fb ustadz Abduh Zulfidar Akaha (08/12/2015)