Pilkada Bukan Pepesan Kosong


Pilkada Bukan Pepesan Kosong

Oleh Ustadz Nuim Hidayat*
Eks aktivis HTI, Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSTISTS)

Waktu diskusi buku 'Jalan Tengah Demokrasi' (buku bagus), karya Ustadz Tohir Bawazir, ada seorang bapak-bapak protes: Kenyataannya ikut demokrasi kan umat kalah terus. FIS di Aljazair kalah, Ikhwan di Mesir kalah dan seterusnya.

Kebetulan saat itu saya diberikan menanggapi saya katakan: Sekarang yang berjuang di luar demokrasi, yang menggunakan senjata, malah dihabisi. Tidak menang juga. Apakah kita mau seperti itu? Iklim demokrasi yang ada sekarang adalah sunnatullah perjalanan peradaban manusia. Harus kita syukuri. Kalau kita memanfaatkannya dengan benar, insya Allah Islam akan menang. Di sistem ini kita adu logika, adu ilmu dan adu strategi. Dan bukankah Rasulullah saw menggunakan senjata ilmu dan strategi dalam perjuangan dakwahnya di Mekah? Rasul tidak menghujat terus sistem suku jahiliyah di Mekah. Justru Rasul memanfaatkan suku-suku Quraisy itu, mendekati mereka agar masuk Islam. Dakwah pun diterima luas masyarakat Arab saat itu -meski dengan berbagai tantangan- hingga terbentuknya masyarakat yang ideal di Madinah.

Mengurus negara itu rumit. HTI harus belajar politik Indonesia secara teori dan politik dengan benar. Sehingga tidak mudah mengeluarkan fatwa-fatwa yang merugikan perjuangan mayoritas umat Islam Indonesia dalam politik.

Kita kadang harus belajar dari kaum Cina non Muslim yang tidak mempersoalkan sistem negara ini tapi mereka mengendalikan ekonomi Indonesia. Dan kini mulai merangkak menguasai politik di Indonesia.

Keberhasilan dakwah di era demokrasi ini -HTI juga menikmati- patut disyukuri. Jilbab yang merebak, ekonomi Islam yang tumbuh, kesadaran berIslam masuk ke tingkat kaum elit, sekolah-sekolah Islam yang bertebaran, dst. Mengenai kegagalan kaum Muslim di negara lain yang berjuang lewat demokrasi itu biasa saja. Dakwah kadang berhasil dan kadang gagal (belum berhasil). Yang jelas mereka telah meniru bagaimana Rasulullah saw berjuang.

Politik adalah perebutan pengaruh. Politik mempengaruhi bisnis. Politik adalah penguasaan-penguasaan sumberdaya mulai dari wilayah RT, kabupaten hingga negara. Apakah kita mau serahkan urusan politik dan ekonomi itu saat ini ke orang-orang dhalim dan kafir? Marilah kita berukhuwah dalam politik dan ekonomi Islam di Indonesia. Meskipun itu tidak mudah. Pilkada adalah politik yang akan mempengaruhi arah pembangunan kota selama lima tahun ke depan. Apakah kota itu akan dipenuhi kemaksiyatan dan kemungkaran atau dipenuhi kebaikan (nilai-nilai Islam). Pilkada bukan pepesan kosong.***

__
*dari notes fb Ustadz Nuim Hidayat (09/12/2015)


Baca juga :