Pepesan Kosong Hizbut Tahrir


[Pepesan Kosong Hizbut Tahrir]

Tiap kali menjelang perhelatan demokrasi, baik itu Pileg, Pilpres, atau Pilkada, kekuatan politik Islam selalu diserang dari berbagai arah.

Serangan bisa berupa 'black campaign' dari lawan-lawan politik Islam, maupun 'negative campaign' dari kelompok 'berkedok' islam.

Para penggiat dunia maya tentu mengenal situs islamtoleran, sebuah situs berlabel islam namun isi artikel dan beritanya justru menyuarakan kepentingan musuh-musuh Islam.

Termasuk dalam hal ini adalah buletin berjudul 'AL ISLAM' milik kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang senantiasa melakukan negative campaign terhadap kekuatan politik Islam dan tokoh-tokohnya ditengah-tengah ummat Islam.

Muara dari semua serangan itu jelas: mencegah kekuatan politik Islam dan tokoh-tokohnya naik ke panggung kekuasaan.

Mari sejenak berfikir waras. Untuk kepentingan siapakah HTI menyebar buletin seperti pada gambar status ini?

Apakah HTI menyebar buletin tsb di tengah-tengah kalangan non-muslim?
Apakah HTI menyebar buletin tsb di tengah-tengah kelompok sekuler?

TIDAK....

HTI justru menyebar buletin tersebut ke masjid-masjid. Kantong-kantong suara kaum muslimin. Target HTI jelas: mengajak ummat islam untuk Golput.

Pada sisi lain, justru kalangan non muslim gencar memobilisasi ummatnya untuk memilih calon dari kalangan mereka, atau minimal yang tidak mengganggu kepentingan mereka.

Padahal....andaipun semua ummat Islam Golput, maka Pileg, Pilpres, atau Pilkada tetap sah. Dan otomatis musuh-musuh Islam lah yang akan naik ke panggung kekuasaan dan meng-goal-kan agenda dan kepentingan-kepentingan mereka.

Dalam hal ini kita teringat ucapan tokoh politik Islam Turkey, Necmetin Erbakan, ketika beliau mengatakan: "Ummat Islam yang tidak peduli dengan politik, akan dipimpin oleh politisi yang tidak peduli dengan Islam".

Sesungguhnya melalui Pilkada yang akan digelar secara serempak pada 9 Desember ini, kita bisa menghadirkan sosok-sosok pemimpin semacam Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat) yg tegas melarang Ahmadiyah, atau Bima Arya (Walikota Bogor) yang tegas melarang syiah. Sekaligus mencegah pemimpin semacam Ahok (Gubernur DKI) yg melegalkan Miras dan seks bebas atau Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta) yang menyebar kesyirikan.

Duhai.....sungguh berat perjuangan politik ummat Islam. Harus menghadapi persengkokolan kaum zionis, salibis, komunis, sepilis, syiah, dan hizbuttahrir.

Fanshurnaa ya Allah.....

(Erwin Al-Fatih)

__
*Dari Fb Erwin Al-Fatih (05/12/2015)

Baca juga: Fatwa Ulama Dunia: Ikut Pemilu Adalah Kewajiban Syariat dan Kebutuhan Realitas


Baca juga :