PEMERINTAH SALAH PERKIRAAN
Sejak awal tahun 2015 seringkali saya meminta analisis kuantitatif kepada saudara sebangsa yang menjadi pendukung Jokowi. Komentar mereka di postingan saya seakan-akan sangat memahami setiap kebijakan pemerintah, seperti jadi juru bicara pemerintahan.
Contoh analisis kuantitatif yang saya minta adalah soal rumusan distribusi anggaran terkait kebijakaan kenaikan harga BBM atau proyeksi penggunaan utang luar negeri terkait program infrastruktur.
Namun sampai detik ini saya belum mendapatkan analisis kuantitatif tersebut. Googling sana-sini juga belum dapat. Eh, hari ini malah menemukan berita Pemerintah Akui Salah Perkiraan.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/12/23/095142926/Ekonomi.2015.Tak.Seindah.Harapan.Pemerintah.Akui.Salah.Perkiraan
Repot juga kalau kebijakan dilakukan bukan berbasis obyektifitas analisis kuantitatif, namun sekadar analisis kualitatif atau bahkan perhitungan kebutuhan politis.
Kita tahu akibatnya, selama 13 bulan terakhir pertumbuhan ekonomi menurun, ekspor anjlok, inflasi naik, nilai tukar rupiah melemah, devisa tergerus, utang melonjak, pengangguran meningkat, dan tingkat kemiskinan meroket.
Semoga saja pernyataan pemerintah ini menjadi awal introspeksi diri bahwa membangun bangsa tidak bisa dilakukan dengan dominan melakukan cara-cara politis yang hanya membuat kondisi bangsa semakin tidak kondusif karena sering gaduh.
Atau memang kondisi ini yang diinginkan pemerintah? elite senang, rakyat meradang?
(Rudi Rosidi)