Istanbul - Organisasi “Mavi Marmara”, lembaga yang bergerak untuk kebebasan dan solidaritas untuk Palestina, meminta pemerintah Turki agar tetap gigih dengan syarat pembebasan blokade atas Jalur Gaza bila ingin melakukan perjanjian/normalisasi hubungan dengan pihak Israel. Jika hal itu tidak terjadi, maka jangan ada perjanjian apapun dengan pihak Israel.
Hal tersebut disampaikan Organisasi Mavi Marmara dalam keterangan resmi yang dirilis terkait dengan pembahasan antara Turki dan Israel untuk mengembalikan hubungan dua negara secara normal. Mavi Marmara menyatakan, “Normalisasi hubungan antara Turki dan Israel secara khusus akan merugikan Palestina, Turki dan Umat Islam secara umum.”
Mavi Marmara menegaskan bahwa pihaknya akan terus berjuang dengan segarla sarana yang sah untuk menghalangi upaya menggagalkan tuntutan yang diajukan terhadap mereka yang terlibat dalam serangan kapal Mavi Marmara.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Turki, Maulud Jawish Oglu, Jumat (18/12) kemarin, mengomentari pembicaraan yang sedang berlangsung antara Israel dan Turki dengan mengatakan, "Tentu saja akan ada pembicaraan, dan harus terus berlanjut. Harus ada satu syarat dari kami (untuk menormalkan hubungan antara Turki dan Israel). Pembicaraan berlangsung di tingkat para ahli, dalam rangka melaksanakan syarat-syarat lain. Namun tidak ada langkah-langkah konkret sejauh ini, dan pembicaraan masih terus berlangsung. Akan kita lihat bersama-sama di masa mendatang akan bagaimana hasil.”
Hubungan Turki-Israel retak setelah Angkata Laut Zionis pada pertengagan tahun 2010 lalu menyerang kapal Mavi Marmara, kapal terbesar dari armada Freedom Flotilla, yang berlajar ke Jalur Gaza untuk menembus dan membebaskan blokade Zionis atas Jalur Gaza. Kala itu, di atas kapal terdapat lebih dari 500 relawan kemanusiaan yang sebagian besarnya dari Turki. Serangan ini mengakibatkan 10 relawan Turki gugur dan lebih dari 50 lainnya terluka.
Sumber: infopalestina.com