Membela Erdogan Dari Tuduhan Orang Jahil Dan Takfiri


Oleh Habib T. M. Amin

Banyak orang jahil berkata Erdogan pengagum demokrasi, karena Turki masih menggunakan demokrasi. Namun ini adalah pernyataan orang buta dan tidak ada ilmu sama sekali tentang tata negara.

Orang tiada berilmu biasanya menghukumi permainan bola dengan peraturan basket.

Pada negara modern, kekuasaan presiden itu terbatas. Bukan seperti Khalifah yang bisa segala hal dan hanya dibatasi oleh dalil. Sebab dalam negara modern semua pemimpinnya itu tunduk pada hukum. Mengapa? Karena semua negara modern adalah Rechtstaat atau negara hukum, dan bukan Machstaat atau negara kekuasaan.

Turki berdiri sebagai negara modern yang terintegrasi pada sistem pertahanan Eropa, mempunyai sistem yang sama dengan negara maju Eropa, yaitu penggunaan konsensus untuk menciptakan hukum di dalam kaidah aturannya.

Di negara Eropa, untuk mengganti dasar negara bukan dengan bawa Tank atau bahasa gaulnya “semau gw”, melainkan harus dengan kesepakatan via Pemilu. Jadi orang seperti Erdogan kalau mau mengganti sistem, maka harus menang pemilu dengan suara mayoritas mutlak untuk berhak mengubah konstitusi (atau lebih 2/3 kursi parlemen). Kalau hal itu belum terjadi dan Erdogan tetap coba mengubah, maka militer Turki berhak melakukan kudeta karena menganggap presiden sudah berbuat makar terhadap negara.

Mengatakan Erdogan pengagum demokrasi adalah tuduhan keji, apa mungkin pengusung demokrasi berbicara tentang azan dan Khilafah serta penyatuan negeri muslimin di bawah panji Islam. Juga apakah ada bukti Erdogan seorang pendukung plularisme dan kebebasan pendapat ala barat (dimana mencela Nabi menjadi bagian dari freedom of speech)? Tidak ada bukti, malah Erdogan terbukti menghancurkan sekulerisme secara perlahan, dimana dahulu di istana Turki tidak ada masjid, kemudian sejak beliau menjadi presiden dibuka masjid di istana Turki. Jilbab kembali merajalela.

Secara hukum Islam Erdogan bukanlah Ulil Amri, karena syaratnya tidak terpenuhi semuanya. Namun beliau adalah orang kuat dan berjasa dalam Islam. Erdogan berhak mendapatkan pembelaan dari segala kejahatan terhadap dirinya. Kenapa Erdogan harus dibela? Karena dia mau menghidupkan dasar Islam yang mana sudah terlihat sedikit demi sedikit. Beliau juga menunjukan dirinya sebagai muslim yang taat, yaitu sholat lima waktunya kelihatan (diketahui) dan menggiring rakyatnya kembali kepada Islam.

Orang-orang jahil (bergaya faqih) biasanya hanya melihat sesuatu hanya sebagai hooligans dari "klub bola" pujaannya, melihat perjuangan muslim lain yang bukan dari "klub bola" pujaan layaknya pemain musuh yang suka melakukan diving/curang. Padahal mereka sendiri jangankan merubah sebuah negara, merubah keluarganya pun tidak bisa.

Apa yang coba dilakukan Erdogan saat ini di Turki bisa dikatakan hampir sama dengan apa yang dilakukan Shalahudin al-Ayyubi di Mesir. Yaitu ketika Salahudin menjadi perdana menteri bagi negeri Ismailiyah, walau secara militer beliau bisa merubah Fatimiyah dengan represif, namun beliau tidak paksa ubah langsung melainkan menunggu dulu hingga al-Adid (Fatimiyid) mati. Mencegah gejolak dari rakyat Ismailiyah Mesir, sementara saat itu kaum Muslimin juga berperang dengan kaum salib.

Perubahan perlahan tetap dilakukan, walau sudah banyak tekanan pada Shalahudin terutama dari Khalifah Abbasiyah dan para emirnya seperti Nurudin Zanki, agar Shalahudin segera menghapuskan dinasti Fatimiyyah dan menghancurkan Ismailiyah.

Apakah kemudian Salahudin al-Ayyubi disebut pengagum ajaran Ismaliyah karena tidak langsung melakukan revolusi frontal? Apa Shalahudin menyerukan tiap khutbah melaknat sahabat nabi? Tidak..

Tapi setelah al-Adid pemimpin Ismailiyah mati, Shalahudin baru menyuruh khutbah pertama dengan mendoakan Khalifah Abbasiyah dan para sahabat radhiyallahu 'anhum. Yang memang sejak awal itulah posisi beliau.

Hasilnya, rakyat Mesir yang Ismailiyah berubah menjadi Ahlusunnah. Mesir akhirnya menjadi benteng terakhir kaum muslimin dari invasi Mongol, perang Ain Jalut membuat tentara Mongol kocar-kacir.***

Sumber: http://www.risalah.tv/2015/12/opini-membela-erdogan-dari-tuduhan.html


Baca juga :