Oleh Chandra HafizunAlim
Alumni Unisba
Saya memahami Maulid Nabi adalah membuka kembali pelajaran yang dipetik dari perjalanan hidup baginda Nabi Saw. Maka, mari kita jadikan bulan Rabiul Awal sebagai bulan mengkaji Sirah Nabawiyah. Mari kita hiasi bacaan kita dengan buku-buku Sirah Nabawiyah.
Tentang buku-buku Sirah, sangat banyak jumlahnya, mulai dari yang tipis hingga yang tebal, dari yang ringkas hingga yang berjilid-jilid, dari yang ditulis ulama zaman baheula hingga ditulis zaman ayeuna. Mungkin buku Sirah yang ringkas dan padat adalah yang ditulis oleh Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri yang berjudul Ar Rahiqul Makhtum dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku lain yang layak untuk dikaji adalah Fiqh Sirah karya Syaikh Muhammad Al Ghazali. Kedua buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca dan dikaji.
Berikut ini delapan keutamaan mempelajari Sirah Nabawiyah:
Pertama, Nabi Muhammad adalah sebaik-baik suri teladan. Artinya, perkataan dan tingkah laku Nabi Saw. lebih patut kita pelajari dan ikuti ketimbang yang lain karena perjalanan hidup beliau adalah pengejawantahan kitabullah Swt. Allah Swt. berfirman, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)
Kedua, orang-orang yang mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. pada hakikatnya adalah orang-orang yang mencintai Allah Swt. Atau dengan kata lain, orang-orang yang ingin meraih kesempurnaan cinta Allah tidak akan memperolehnya kecuali dengan meniti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Saw. Allah Swt. berfirman, “Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Ali Imran: 31)
Ketiga, untuk memahami Al Quran secara utuh dan sesuai konteksnya. Allah Swt. berfirman, "Dan Al Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.” (QS Al Isra: 106)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengutip perkataan Ibnu Abbas Ra yang berkata, “Al Quran diturunkan berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang terjadi selama risalah, ayat itu turun selalu cocok dengan perjalanan nabi dan para sahabatnya.”
Keempat, Allah Swt. berfirman, "Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, Wahai kaumku! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan menjadikan kamu sebagai orang-orang merdeka, dan memberikan kepada kamu apa yang belum pernah diberikan kepada seorangpun di antara umat yang lain.” (QS Al Maidah: 20)
Nabi Musa mengajak kaumnya untuk mengingat kembali perjalanan hidup para Nabi karena dari sana terdapat motivasi dan jalan untuk meraih kejayaan. Terlebih lagi kita selaku umat Nabi Muhammad untuk mengingat kembali perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw.
Kelima, keberhasilan dakwah Islam tidaklah diperoleh kecuali dengan mengikuti sirah Nabawiyah. Allah Swt. berfirman, “Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)
Keenam, sarana untuk meraih keteguhan hati. Allah Swt. berfirman, "Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu, dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang yang beriman.” (QS. Hud: 120)
Ketujuh, banyak sekali kisah yang terdapat di dalam sirah Nabawiyah. Dan semua kisah tersebut, terutama yang shahih, adalah kisah terbaik untuk menjadi pribadi yang baik. Allah Swt. berfirman, “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf: 111)
Kedelapan, mempelajari Sirah Nabawiyah adalah kebiasaan para sahabat Nabi. Di dalam kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam karya DR. Abdullah Nashih Ulwan mengutip perkataan salah seorang sahabat Nabi yakni Saad bin Abi Waqash yang berkata, “Kami selalu mengingatkan anak-anak kami dengan peperangan yang dilakukan Rasulullah saw sebagaimana kami menjadikan mereka menghafal satu surat dalam Al-Quran.”
Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat kerap menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak mereka, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan.***