Banyak hadits yang menyebutkan keutamaan-keutamaan shalat berjamaah, diantaranya sholat berjamaah lebih utama dua puluh lima atau dua puluh tujuh derajat di banding shalat sendirian. Banyak pula hadits dari Rasulullah SAW yang berisi ancaman bagi laki-laki yang tidak sholat jamaah di masjid/mushola.
Ada satu kisah yang dialami seorang ulama yang menghentak kesadaran kita bahwa sholat jamaah tak bisa digantikan nilainya.
Dikutip dari kisahikmah.com, ada satu kisah agung yang dialami oleh Imam Ubaidillah bin ‘Umar al-Qawariry. Beliau merupakan salah satu guru utama Imam al-Bukhari yang kitab Shahihnya melegenda dan dirujuk oleh hampir seluruh kaum Muslimin di berbagai penjuru dunia.
Imam Ubaidillah ini sangat menjaga shalat berjamaah di masjid. Namun, suatu hari, beliau tertinggal dari menjalankan shalat ‘Isya berjamaah. Sebuah riwayat menyebutkan, beliau menerima tamu dan membicarakan urusan yang serius terkait umat.
Sepulangnya tamu tersebut, beliau bergegas menuju masjid. Rupanya, jamaah sudah bubar. Beliau pun berkeliling ke sekitar masjid hingga daerah yang jauh dengan satu tujuan; mencari kaum Muslimin yang belum melakukan shalat ‘Isya berjamaah.
Lama berkeliling dan bertanya kepada setiap orang yang ditemui, beliau mendapati jawaban yang sama, “Saya sudah shalat ‘Isya berjamaah.”
Alhasil, beliau pun pulang dan berniat shalat di rumah.
Sebagai salah satu ijtihadnya berdasarkan hadits keutamaan shalat berjamaah yang bernilai dua puluh tujuh derajat, Imam Ubaidillah pun melakukan shalat ‘Isya di rumahnya sebanyak dua puluh tujuh kali.
Kelar shalat, beliau tertidur. Di dalam tidurnya, beliau bermimpi. Mimpi inilah yang seharusnya membuat kita tercengang jika masih meremehkan shalat berjamaah di masjid bersama imam.
Di mimpinya, beliau tengah berlomba. Memacu kuda. Beberapa orang dikenali di dalam mimpi itu. Rupanya, kuda mereka melaju lebih kencang. Beliau pun memacu tunggangannya sekuat tenaga. Agar bisa menyusul kuda lainnya.
Lama. Tapi nihil. Kudanya tak bisa mengungguli kuda lain. Beliau tertinggal. Kudanya lambat.
Tak lama kemudian, datanglah seseorang seraya berkata, “Jangan dipaksa. Kau tidak akan bisa mengejar kami.”
Tanya sang Imam, “Memangnya kenapa?”
“Karena,” jawab sosok itu, “kami mendirikan shalat ‘Isya berjamaah.”
Jadi, walaupun Imam Ubaidillah sudah 'mengganti' dengan sholat sendirian sebanyak 27 kali, namun nilainya tetap tak bisa menandingi 1 kali sholat jamaah.