Oleh Retas Aqabah Amjad*
Pernah dengar kisah klasik tentang seorang lelaki, beserta anak lelakinya dan keledai barunya? Yup, kisah masyhur dari jazirah arab ini melegenda untuk menjelaskan kepada kita perihal memandang sinisme dari orang lain.
Syahdan, seorang lelaki tua beserta anak lelakinya membeli keledai baru di pasar. Dalam perjalanan pulang mereka melewati beberapa kampung.
Usai membeli keledai baru itu, lelaki tua ini meminta anaknya untuk menaiki keledai baru tersebut. Saat melewati kampung pertama, mereka mendengar orang-orang mencibir, "Sungguh anak yang kurang ajar, ayahnya dibiarkan menuntun keledai sedangkan ia dengan nyamannya duduk di atas keledai tersebut".
Si anak pun jengah. Ia meminta ayahnya utk menurunkannya. Dan memohon agar gantian, ia yang menuntun dan ayahnya yang duduk. Di kampung kedua, mereka mendengar orang-orang berkata, "Wah Ayah yang tak tahu belas kasihan. Anak lelakinya ia biarkan menuntun sedang ia dengan nyaman duduk di atas keledai".
Merasa tidak nyaman, si ayah pun turun. Walhasil mereka berjalan di kampung ketiga dengan menuntun keledai yang tidak dinaiki tersebut. Di kampung ini, orang-orang berkata, "Dasar bodoh, sudah membeli keledai baru kok tidak dinaiki."
Kuping mereka pun panas mendengar cibiran orang-orang. Si lelaki tua meminta anaknya naik ke atas keledai, dan ia pun segera menaiki juga. Walhasil dua orang tersebut naik ke atas keledai. Melewati kampung keempat, mereka mendengar orang-orang berkata, "Sungguh tak tahu diri, keledai kecil seperti ini dinaiki berdua. Tidak berperihewani!"
Merasa frustasi dengan omongan orang-orang, lelaki tua itu di turun dan meminta anaknya turun. Mereka berdua kemudian membopong keledainya dan melewati kampung kelima. Orang orang berteriak, "dasar orang gila, keledai bukannya dinaiki malah diangkat!"
Lelaki tua itupun menurunkan keledai tersebut dan berkata pada anak lelakinya.
"Inna ridhonnass ghoyatun laa tudrok."
Bahwa sesungguhnya berusaha membuat semua orang ridho/suka sama kita itu adalah sebuah ghoyatun laa tudrok. Harapan yang mustahil.
Tidak mungkin semua orang suka. Pasti akan ada yang mencibir, membenci dan mencaci. Ada orang-orang yang suka ada juga yang tidak. Sunnatullah yang tak perlu terlalu dirisaukan.
"Selama kau dipuji dan dicinta Yang dilangit, jangan takut dibenci yang dibumi."
Orang paling mulia pun dicaci, diejek bahkan dianggap gila.
Kau siapa, minta semua orang suka?
___
dari fb penulis