Cerita Muhammad Khairat Asy-Syathir Tentang Imam al-Banna


Imam Asy-Syahid Hassan al-Banna merupakan seorang mujahid dakwah, pendiri dari Ikhwanul Muslimin, salah satu organisasi Islam terbesar dan berpengaruh pada Abad 20.

Hassan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir. Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal al-Qur'an. Pada usia 22 tahun, tapatnya pada 20 Maret 1928 Imam al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin di kota Ismailiyah, Mesir.

Ia memperjuangkan Islam menurut Al-Quran dan Sunnah hingga dibunuh oleh penembak suruhan Raja Farouk pada 12 Februari 1949 di Kairo, dalam usia yang masih muda 42 tahun.

Ustadz Muhammad Khairat Asy-Syathir, Wakil Mursyid Aam Ikhwanul Muslimin yang sekarang mendekam dalam penjara rezim As-Sisi, dalam pengantar buku 'Manhajul Ishlah: Dirasatun fi Rasailil Imam Al-Banna' (terjemahan terbitan Era Adicitra Intermedia) menceritakan sosok Imam Al-Banna:

Sebagian orang yang pernah bertemu dengannya bertanya kepadanya, “Apakah Anda melihat buah kemenangan?" Maka beliau (Imam Al-Banna) menjawab dengan tenang dan penuh keyakinan, “Tidak di generasiku atau generasimu, tapi pada generasi-generasi sesudah itu.”

Di akhir kehidupannya, sekitar dua minggu sebelum kesyahidannya -dimana situasi pada hari itu sedang genting-gentingnya- seseorang berkata, “Wahai Ustadz, banyak isu-isu tentang engkau dan apa yang akan terjadi terhadap engkau. “Imam Asy-syahid balik bertanya, “Apa yang akan terjadi? Apakah pembunuhan? Sesungguhnya kita tahu bahwa itu syahid, dan itu adalah cita-cita kita.”

Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana dengan dakwah?" Beliau menjawab, "Aku telah menyelesaikan tugasku dan aku telah meninggalkan rijal (pejuang) dan aku melihat mereka dengan mata kepalaku bahwa mereka benar-benar rijal. Aku akan mati sekarang dengan tenang dan yang aku inginkan adalah aku mati syahid." Cita-cita itu benar-benar terwujud; kesyahidan. [Halaman x, xii]


Baca juga :