Tifatul: TPP, Jangan Sampai yang Datang Gurita Mengeruk Keuntungan Kita


Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Tifatul Sembiring, meragukan komitmen kerja sama bisnis antara pengusaha Indonesia dan pengusaha Amerika Serikat yang disepakati dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat pada akhir Oktober.

"Itu kan baru janji, baru komitmen akan diberikan investasi, tetapi kan melalui suatu tahapan-tahapan panjang," kata Tifatul Sembiring dalam kunjungan kerjanya ke Denpasar, Senin (2/11/2015), lansir Kompas.

Ia juga berharap, pemerintah bisa memilah-milah kerja sama bisnis dengan negara lain. Jangan sampai, kata Tifatul, kerja sama dengan negara lain justru mengeruk keuntungan dalam negeri.

"Kan bisa dipilah-pilah, ya harus disesuaikan yang menguntungkan Indonesia," kata Tifatul.

"Jangan sampai datang gurita, mengeruk keuntungan kita, termasuk ya TPP (Trans-Pacific Partnership) itu," sambung dia.

Saat melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat, Presiden Joko Widodo menyaksikan kesepakatan bisnis para pengusaha Indonesia dan Amerika Serikat yang digelar di Kamar Dagang Amerika Serikat.

Kesempatan itu dihadiri 250 pengusaha dan pengambil kebijakan dari Indonesia dan Amerika Serikat (AS).

Total kesepakatan bisnis yang akan diumumkan ataupun ditandatangani sebesar 20,25 miliar dollar AS atau sekitar Rp 275,4 triliun (kurs Rp 13.600 per dollar AS).

Saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Jokowi menegaskan Indonesia akan bergabung dengan TPP.

Presiden Joko Widodo mengatakan akan bergabung dengan kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP) Amerika Serikat bersama dengan 11 negara lainnya.

Jokowi mengatakan hal tersebut usai mengadakan pertemuan dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih pada Senin waktu setempat, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (27/10/2015).

"Kami adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Dan Indonesia akan bergabung dengan TPP," ungkap Jokowi, dalam keterangannya melalui seorang penerjemah yang dikutip Metrotvnews.

Keinginan Indonesia bergabung dengan Trans Pasific Partnership (TPP) dinilai belum tepat. Ekonom Ichsanudin Noorsy menilai untuk bersaing dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saja Indonesia belum tentu bisa mengimbangi.

Menurut Noorsy, Indonesia dinilai masih kalah dengan negara-negara tetangga.

"Hadapi MEA 2016 saja kita belum tentu bisa, apalagi TTP," kata Noorsy ketika ditemui di salah satu restoran di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 31 Oktober 2015.


Baca juga :