Mempertahankan presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai penguasa tidak penting bagi Rusia, demikian kantor berita Rusia RIA mengutip jurubicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada hari Selasa (3/11/2015).
Saat ditanyakan apakah menyelamatkan Assad adalah masalah prinsip bagi Rusia, Zakharova berkata: “Tidak, kami tidak pernah mengatakan hal itu.”
“Kami tak pernah menyebut bahwa Assad harus tetap berkuasa atau lengser,” tambahnya. Kementerian luar negeri Rusia menambahkan bahwa pandangan Rusia, Amerika dan Arab Saudi sebagian sama pada bagian bahwa oposisi Suriah boleh menjadi bagian dari dialog.
Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov juga mengonfirmasikan pada hari Selasa bahwa Moscow tertarik pada kemungkinan Organisasi Kerjasama Islam (OKI, dulu Organisasi Konferensi Islam) untuk bergabung dalam pembicaraan tentang Suriah. Demikian lansir media Turki Daily Sabah.
Pernyataan pihak Rusia ini disampaikan sehari setelah hasil pemilu ulang Turki terungkap dimana partainya Erdogan AKP menang telak menguasai 57% kursi parlemen dalam pemilu ulang yang digelar Ahad (1/11) lalu yang mengakhiri masa-masa kritis Turki lima bulan terakhir.
Turki adalah aktor kunci dalam permasalahan Suriah yang dilanda perang sejak 2011 saat rezim Assad memerangi rakyatnya yang menuntut Assad lengser.
Rezim Assad ditopang Rusia, Iran, sementara oposisi/pejuang Suriah dibantu Turki-Saudi. Saat ini sekitar dua juta pengungsi Suriah ditampung pemerintahan Turki.
***
Untuk alasan inilah betapa kemenangan AKP sangat diharapkan oleh umat Islam. Bahkan ulama-ulama dunia menyerukan agar umat bersujud, menunduk, memohon agar Alloh berkenan meridhoi dan memenangkan AKP.
Konstelasi politik wilayah kawasan akan berubah. Assad hanya menunggu waktu kejatuhannya. Menanti giliran berikutnya adalah Rezim Kudeta di Mesir. Dan pada saatnya Israel hengkang dari bumi Palestina.
[Layla Sari]