"Yes, NYT, listen to the Turkish voters"
by Adam McConnel*
Pada Minggu (1/11) malam, saat kembang api menandai perayaan kemenangan di distrik-distrik tertentu di Istanbul, atmosfir di distrik Etiler suram seperti di pemakaman. Bunyi pot dan panci yang dibunyikan oleh para elit Istanbul berubah menjadi kegetiran bagi oligarki Jacobin (sebutan barat bagi kelompok elit ‘tercerahkan’/sekuler) yang mulai terdisintegrasi.
Di sisi lain Atlantik, di menara-menara tertentu di daerah Midtown Manhattan, saya yakin suasananya juga getir. Si perempuan berambut putih (editor New York Times) tidak diragukan lagi kecewa dengan preferensi politik rakyat Turki. Narasi imperialis baru, penuh dengan kecaman pada ‘pribumi’ yang tidak taat, dengan segera ditaruh dalam pemberitaan mereka.
Saya sadar saya berharap terlalu banyak pada mereka. Setelah lebih dari 18 bulan (sebetulnya lebih dari satu dekade) dari kegilaan ini, saya harus menyadari bahwa obsesi The New York Times (NYT) dengan Tayyip Erdogan tidak akan dipengaruhi oleh kemenangan pemilu yang terus berulang, presentasi fakta-fakta, atau penjelasan yang tenang dan rasional. Perilaku NYT dengan jelas merupakan sebuah patologi (penyakit).
Para editor NYT mengeluarkan papal bull (surat resmi kepausan, anekdot untuk suatu organisasi yang mengeluarkan keputusan dimana mereka memaksa semua pembacanya/yang terpengaruh untuk setuju/patuh) hanya beberapa jam sebelum pembukaan TPS pada hari Minggu. Berjudul “Turkey’s Erdoğan Should Listen to the Voters” “Erdogan harus mendengarkan para pemilih” (31 Oktober 2015), EDITORIAL ini adalah pengulangan tema-tema yang telah diberikan para editor NYT selama 18 bulan belakangan: “Erdogan sedang dalam misi untuk menang dan mengonsolidasikan kediktatorannya”; “Media Turki adalah korban dari pembredelan massal yang dilakukan oleh Erdogan”; “Erdogan bertanggungjawab penuh terhadap semua kekacauan yang terjadi di Turki". Pembaca biasa dapat terkecoh bila membaca artikel ini, pemilu hari Minggu adalah sebuah pemilu parlemen yang tak memiliki hubungan apapaun dengan kepresidenan Turki, yang merupakan jabatan sebenarnya yang dipegang Erdogan.
49% dari pemilih Turki yang memilih untuk AKP pada hari Minggu memilih AKP untuk alasan-alasan yang jauh dari hal-hal yang dikemukakan oleh para editor NYT. Mereka memilih karena demokrasi, untuk mengakhiri iklim kekerasan politik yang telah menghancurkan masyarakat Turki selama berdekade-dekade, untuk para politisi yang menawarkan kebijakan yang berkompromi dan membangun, bukan untuk dan karena ideologi yang maksimalis. NYT hampir tak memahami hal-hal ini.
Hari ini, di NYT beberapa artikel baru tampil, dan penggambaran tentang kejadian-kejadian di Turki tidak berubah sedikit pun. Tak bergeming, para editor NYT memperbolehkan atau memilih judul-judul seperti “Kemenangan Erdogan yang penuh dengan kekerasan” (Erdogan’s Violent Victory), “Kemenangan AKP di Turki memperkuat kediktatoran Erdogan” (Party Victory in Turkey Bolsters Erdogan’s Pursuit of Power), dan “Formula-formula Erdogan untuk memperkuat gurita kekuasaannya di Turki” (Erdogan’s Formula for Consolidating Clout in Turkey). Semua yang dapat kita lakukan adalah dengan sopan memberitahu para editor NYT bahwa pemberitaan mereka tentang Turki akan terus merusak reputasi koran mereka.
Saya memiliki saran sederhana. Para editor NYT harus menggunakan saran mereka sendiri: dengarkanlah para pemilih Turki (sebagaimana Editorial yang ditulis NYT sebelum pemilu, "Turkey’s Erdoğan Should Listen to the Voters"). Para pemilih Turki lebih mengerti tentang isu-isu seputar pemilu daripada siapapun yang menyediakan para editor NYT informasi tentang masyarakat dan politik Turki. Setelah empat pemilu dalam rentang 18 bulan (pemilu kepala daerah, presiden, dan 2 kali parlemen) dimana baik AKP maupun Erdogan meneirma sedikitnya 14% suara lebih banyak dari saingan terdekat mereka, tidakkah para editor NYT mulai berpikir bahwa mungkin mereka sedang dimanipulasi oleh seseorang/kelompok?[]
*Sumber: http://thekebabandcamel.com/yes-nyt-listen-to-the-turkish-voters/