Luar Biasa, Ternyata Intifadhah Punya Hasil Strategis Taktis


Oleh Faras Abu Hilal

Intifadhah di Tepi Barat, Al-Quds dan wilayah jajahan 1948 meski hanya beberapa pekan sudah mulai memberikan sejumlah hasil politik jika dibanding Intifadhah sebelumnya. Meski Intifadhah kali ini bisa dibilang kecil atau taktis, namun memiliki indikator strategis yang patut dicermati. Sebab Intifadhah menyegarkan kembali sejumlah fakta yang sempat hilang dari kancah politik Arab sejak bertahun-tahun.

(1) Pertama, Intifadhah kali ini berhasil mengembalikan kepedulian dan perhatian terhadap persoalan Palestina setelah lama dihempaskan dan mengalami kemunduran karena factor internal dan eksternal. Setelah lama hilang karena konflik di Suriah, Mesir, Irak, Libia, Yaman dan lainnya, kini persoalan Palestina kembali menjadi perhatian dunia kembali. Pemerintah Amerika, PBB dan negara besar dunia lainnya melakukan upaya diplomasi dengan sejumlah pertemuan untuk meredahkan Intifadhah. Mereka mengkhawatirkan atas menurunnya kondisi.

Meski kita tidak berharap banyak akan terwujud hal positif dari upaya dunia internasional itu, namun upaya itu sendiri merupakan capaian taktis Intifadhah. Itu juga mengingatkan dunia bahwa ada konflik sentral yang masih menunggu solusi. Dunia agar sadar “masa tenang” selama ini hanyalah api dalam sekam dan bukan berarti Palestina menerima status quo realita saat ini. Dunia minimal menekan penjajah Israel memberikan harga politik kepada Palestina.

(2) Kedua, hasil taktis Intifadhah adalah mengembalikan dukungan publik kepada bangsa Palestina dan perjuangan mereka yang konstitusional. Terutama kepada dunia barat. Di sejumlah tempat di dunia, massa menggelar unjuk rasa mendukung Intifadhah dan mengencam pelanggaran dan kekerasan serta kejahatan Israel. Termasuk di Amerika dan Eropa.

Kita juga menyaksikan sejumlah seminar dan perhatian media massa barat terhadap Intifadhah ini.

Setidaknya ada sejumlah tiga kecenderungan baru di dunia barat.

1. Pertama, selama ini barat hanya menerima versi Israel namun saat ini ada kecenderungan dunia yang mulai menerima versi Palestina. Inilah yang membuat mereka menekan perwakilan Israel di parlemen-parlemen barat. Di kasus agresi Israel ke Gaza, parlementer Eropa mengalami banyak tekanan sehingga di fase berikutnya mereka mengakui negara Palestina.

2. Kedua, menelanjangi negara penjajah Israel dengan memblowup dan mengangkat isu pelanggaran dan kejahatan mereka dan mendorong untuk mencabut legalitas dari mereka. Israel tak lagi dipandang sebagai negara bermoral. Dalam unjuk rasa di barat poster yang diangkat kini adalah gambar warga Palestina yang berjuang demi kebebasan menghadapi alat militer Israel yang melanggar piagama dan kesepakatan internasional.

3. Ketiga, menciptakan penyadaran lebih luas tentang hakikat konflik. Selama ini mereka hanya mengangkat isu blockade Gaza dan agresi Israel ke sana. Sehingga melupakan konflik sebenarnya. Isu Palestina bukan perang antara dunia negara bertetangga. Bukan sekadar upaya pembebasan blockade dari 1,5 juta warga Palestina di Jalur Gaza. Namun hakikat konflik ini adalah adanya sebuah bangsa yang masih dalam penjajahan di abad 21 ini dan tidak akan selesai sampai penjajahan berakhir.

Selain hasil taktis, Intifadhah Palestina juga mampu menekan penjajah Israel memberikan sejumlah konsesi untuk menjamin masa tenang. Israel berkali-kali menegaskan, tidak ingin mengubah status di Al-Quds dan menggagalkan gagasan Al-Quds raya setelah sebelumnya memulai memasang perlintasan-perlintasan antara perkampungan di Al-Quds timur dan barat juga dengan melarang warga pemukim Yahudi tinggal di perkampungan yang dihuni sebagian warga Arab Palestina.

Rabi-rabi Yahudi juga terpaksa mengeluarkan fatwa lama melarang Yahudi menggelar ritual di masjid Al-Aqsha untuk menjaga keselamatan mereka dan menghentikan protes.

Selain hasil taktis di atas, ada sejumlah indikator strategis yang harus dijadikan landasan Palestina dan Arab untuk mewujudkan capaian kualitatif dalam konflik Arab Israel. Terutama: menelanjangi strategi gagal elit Palestina yang mengandalkan ‘niat baik’ Israel dan kemauan negara besar dunia menghentikan pelanggaran Israel. Strategi ini justru menjadi cara bagi Israel yang semakin kuat. Cara elit Palestina itu justru berakhir gagal.[]

*Sumber: infopalestina.com


Baca juga :