Keinginan Presiden Joko Widodo untuk bergabung dengan Trans Pasific Partnership (TPP) dianggap konyol. Ekonom Ichsanudin Noorsy menilai untuk bersaing dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saja Indonesia belum tentu bisa mengimbangi.
Menurut Noorsy, Indonesia dinilai masih kalah dengan negara-negara tetangga.
"Hadapi MEA 2016 saja kita belum tentu bisa, apalagi TTP," kata Noorsy ketika ditemui di salah satu restoran di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 31 Oktober 2015, lansir Vivanews.
Noorsy mengatakan, TPP bahkan dikritik oleh masyarakat di negara-negara kapitalis, termasuk masyarakat di Amerika Serikat, karena hanya akan menguntungkan pemain-pemain besar.
"Di Amerika sendiri TPP itu ditolak oleh Partai Republik, karena hanya menguntungkan segelintir orang saja dari kerjasama ini," ujarnya.
Menurut Noorsy, TPP adalah bagian dari sebuah liberalisme dalam perdagangan bebas. Ia menilai bergabungnya Indonesia ke TPP tidak akan menguntungkan masyarakat menengah ke bawah.
"TPP itu bagian dari sebuah liberalisme atas sebuah perdagangan bebas," kata Noorsy.
Seperti diketahui saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Jokowi menegaskan Indonesia akan bergabung dengan TPP.
Presiden Joko Widodo mengatakan akan bergabung dengan kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP) Amerika Serikat bersama dengan 11 negara lainnya.
Jokowi mengatakan hal tersebut usai mengadakan pertemuan dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih pada Senin waktu setempat, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (27/10/2015).
"Kami adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Dan Indonesia akan bergabung dengan TPP," ungkap Jokowi, dalam keterangannya melalui seorang penerjemah yang dikutip Metrotvnews.
Bukan saja para pengamat ekonomi yang mengkritisi upaya Jokowi bergabung dengan TPP, Presiden ke 6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan Presiden Joko Widodo tentang konsekwensi bergabungnya Indonesia dalam Trans-Pacific Partnership (TPP). Melalui akun twitternya SBY menyebut dirinya menolak Indonesia bergabung dengan TPP.
"Di media masa diberitakan, dulu “SBY tolak TPP”, kini “Jokowi dukung TPP”. Memang benar, dulu saya tidak setuju Indonesia masuk TPP," ujar SBY, Jumat (30/10) malam, melalui akun twitternya @SBYudhoyono.
Menurutnya Indonesia belum tepat bergabung dengan TPP. Pasalnya saat ini Indonesia baru mempersiapkan diri dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Jika tak siap, justru pasar kita akan kebanjiran barang & jasa negara lain, sementara ekspor kita tak bisa bersaing di luar negeri," ujarnya.
Namun sikap Indonesia bergabung dengan TPP merupakan keputusan mutlak Presiden Joko Widodo.
"Tapi, Presiden Jokowi punya hak & bisa saja ubah posisi kita, & putuskan bergabung ke TPP ~ mungkin beliau sudah berjanji di Amerika," sindir SBY.