Fed Bersiap Lepas landas, Rupiah ke Rp 14.000


Positifnya data ekonomi Amerika bulan Oktober memiliki implikasi besar bagi Federal Reserve alias Bank Sentral AS. Para petinggi yang dipimpin oleh Gubernur Janet Yellen sangat mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga di bulan Desember mendatang.

Pertama kalinya dalam periode hampir satu dekade ini. Di mana The Fed telah mempertahakan suku bunga acuannya di level nol sejak tahun 2008 lalu.

Laporan yang lebih baik dari perkiraan saat ini meningkatkan kemungkinan The Fed untuk mengambil kebijakannya di bulan mendatang. “Mereka akan mengambil keputusan di Desember,” ujar Brad McMillan, Chief investment Officer Commonwealth Financial Network.

Spekulasi pasar terhadap peluang kenaikan suku bunga The Fed di Desember meningkat menjadi 72%. Di mana, sebelum komentar Yellen peluangnya hanya 56% atau jauh lebih besar dari bulan lalu hanya 36%.

Nah, meningkatnya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed langsung menguatkan otot dollar AS. Pasangan EUR / USD turun ke level terendah sejak April lalu yakni berada di level 1.0707, Sabtu (7/11).

Kembali sentuh level Rp 14.000

Lalu bagaimana nasib rupiah? Asal tahu saja, rupiah mulai kehabisan tenaga pada pengujung pekan kemarin. Testimoni Gubernur The Fed menggerogoti kekuatan mata uang Garuda.

Jumat (6/11), di pasar spot, rupiah melemah 0,16% ke level Rp 13.564 per dollar AS. Meski demikian, penguatan yang berlangsung sejak awal pekan masih menyelamatkan posisinya.

Alhasil, sepekan rupiah masih unggul 0,87%. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, kemarin, rupiah terapresiasi 0,38% ke posisi Rp 13.550 per dollar. Adapun, sepekan, penguatan mencapai 0,65%.

Research and Analyst Fortis Asia Futures Sri Wahyudi menyebutkan, pekan kemarin, data domestik menjadi amunisi rupiah. Wajar, dua bulan berturut-turut, Indonesia mencatatkan deflasi. Ini memberi optimisme target inflasi tahunan bisa tercapai. Selain itu, pertumbuhan domestik bruto (PDB) kuartal III lebih baik dari kuartal sebelumnya.

Namun, kekuatan rupiah mulai terkikis pada akhir pekan. Yellen optimistis akan peluang kenaikan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. "Dollar AS lebih kuat, sehingga mempersempit penguatan rupiah," ujar Wahyudi.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menduga, peluang penguatan rupiah mengecil pada pekan depan. Apalagi, rilis data tenaga kerja Paman Sam cukup solid. “Data tersebut bisa meningkatkan optimisme kenaikan suku bunga AS,” jelasnya.

Di sisi lain, domestik minim sentimen pada pekan depan. Hanya ada rilis data neraca berjalan di akhir pekan. Namun, kata Rully, jika defisit neraca berjalan mengecil, bisa sedikit menopang rupiah.

Prediksinya, rupiah rentan melemah ke kisaran Rp 13.485–Rp 13.800 per dollar AS. Wahyudi menebak, pekan depan, rupiah bergulir antara Rp 13.410–Rp 13.650 per dollar AS.

Sementara itu, ekonom BII Juniman bilang, rupiah justru bisa kembali menyentuh level Rp 14.000-Rp 14.500 per dollar AS. Di samping faktor eksternal seiring spekulasi The Fed, faktor internal pun kian menekan.

Kebutuhan dollar akhir tahun akan naik karena pembayaran utang luar negeri termasuk bunga serta dividen. Di sisi lain, cadangan devisa terus tergerus.

Saat ini, cadangan devisa Oktober mencapai US$ 100,7 miliar, turun US$ 1 miliar dari posisi US$ 101,7 miliar. “Turunnya cadangan devisa akibat kenaikan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta stabilisasi rupiah,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara.

Untuk meredam tekanan rupiah, ekonom Bank Permata Josua Pardede menyarankan BI tetap harus masuk pasar karena masih ada tekanan net sell senilai US$ 300 juta. Di samping itu, butuh langkah lain meredam tekanan rupiah yang bisa dilakukan oleh pemerintah.

Sumber: http://fokus.kontan.co.id/news/fed-bersiap-lepas-landas-rupiah-ke-rp-14000

***

Artikel diatas dari postingan Kontan hari Minggu (8/11/2015) yang ternyata terbukti hari ini, Senin (9/11/2015) dimana rupiah memburuk di awal pekan.

Rupiah Siang Ini Memburuk, IHSG Kian Terpuruk

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan siang ini terhadap dolar Amerika Serikat (USD) memburuk. Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian terpuruk.

Rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp13.671/USD atau masih lebih buruk dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.543/USD.

Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah berada pada posisi Rp13.666/USD, dengan kisaran harian Rp13.621-Rp13.733/USD. Posisi tersebut masih terdepresiasi dibanding posisi kemarin di Rp13.563/USD.

Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.683/USD, terdepresiasi 133 poin dari posisi akhir pekan kemarin di level Rp13.550/USD.

Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.803/USD. Posisi ini ambruk dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.586/USD.

Sementara IHSG perdagangan sesi I ditutup anjlok 69,10 poin atau 1,51% ke level 4.497,45. Pagi tadi, IHSG terkoreksi 20,59 poin atau 0,45% ke level 4.545,95. Koreksi ini di tengah menguatnya bursa utama Asia.

Sektor saham siang ini melemah semua. Sektor dengan pelemahan terdalam adalah aneka insutri, yang minus 2,97%, diikuti properti susut 2,78%.

Nilai transaksi di bursa Indonesia tercatat sebesar Rp2,06 triliun dengan 1,88 miliar saham diperdagangkan dan transaksi bersih asing Rp103,63 miliar dengan aksi jual asing mencapai Rp693,61 miliar dan aksi beli Rp797,24 miliar. Tercatat 50 saham menguat, 213 saham melemah dan 66 saham stagnan.

Adapun saham-saham yang menguat, di antaranya PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Asahimas Flat and Glass Tbk (AMFG), dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Sementara saham-saham yang melemah, di antaranya PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

source: http://ekbis.sindonews.com/read/1060024/32/rupiah-siang-ini-memburuk-ihsg-kian-terpuruk-1447045752


Baca juga :