Kembali mampunya Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) untuk membentuk pemerintahan sendiri setelah menang pada pemilu 1 November memberi kesempatan bagi Turki untuk mengambil langkah yang lebih kuat dalam permasalahan regional, sebut Presiden Erdogan pada hari Rabu (11/11/2015).
Berbicara dalam sebuah pertemuan bisnis yang digelar oleh Foreign Economic Relations Board (DEiK) di Ankara, Erdogan menyebut bahwa hasil pemilu 1 November dimana AKP memperoleh hampir 50% dari jumlah suara akan mengakhiri instabilitas politik di Turki.
Terkait intervensi Rusia di Suriah, Erdogan memberikan “teguran halus” kepada mereka yang menambah bensin pada api, memperingatkan bahwa mereka akan terbakar oleh api yang sama.
(In an apparent reference to Russia's involvement in neighbouring Syria, he also offered a "friendly warning" that those adding fuel to the conflict would find themselves in the same fire.)
Erdogan juga mempertanyakan legitimasi organisasi-organisasi internasional karena ketidakmampuan mereka dalam menghadapi situasi di Suriah.
"Nurani kemanusiaan tidak dapat mengabaikan bagaimana sebuah struktur (organisasi) internasional yang berdiam diri disaat 370.000 orang dibantai dengan cara yang keji dan haus darah. Organisasi-organisasi internasional yang tidak memprioritaskan kemanusiaan dan nyawa manusia mungkin memiliki status hukum, namun mereka tak akan akan bisa mengatasi masalah legitimasi mereka."
Lebih lanjut Erdogan mengatakan bahwa organisasi-organisasi internasional bertanggungjawab terhadap kematian orang-orang tidak bersalah selama mereka masih memiliki kekuasaan untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi.
Beliau juga berkomentar mengenai krisis pengungsi: "Kami secara terus-menerus terpapar oleh krisis ini dan menghadapi berbagai permasalahan setiap hari disaat banyak negara mengikutinya melalui media dan banyak pemimpin asing mencoba memberi solusi mengenai masalah ini, tetapi hanya di atas kertas."
Erdogan memberi komentar tersebut disaat Turki sekali lagi mengembalikan ide tentang pendirian sebuah zona aman di Suriah ditengah pembicaraan tentang kemungkinan keterlibatan Turki dalam operasi militer di Suriah. Pada hari Selasa, Erdogan menyebut bahwa para sekutu Turki dalam perang menghadapi ISIL semakin dekat untuk menyetujui ide dibentuknya sebuah zona aman/buffer zone di Suriah dan bahwa ia melihat perkembangan positif dalam usaha untuk menerapkan zona larangan terbang dan melakukan serangan udara.
Erdogan juga menyebut dalam sebuah wawancara langsung di CNN Turk bahwa Turki tidak akan menoleransi para militan Kurdi (organisasi Teror komunis-Kurdi PKK dan PYD, sayap organisasi mereka di Suriah ) menyeberangi wilayah barat sungai Eufrat, yang diperkirakan Ankara akan menuju pada kemunculan koridor militan Komunis-Kurdi.
Turki memberi dua kondisi untuk bergabungnya mereka dalam intervensi militer di Suriah. Menurut sebuah laporan berita, Turki hanya akan bergabung bila ada dukungan PBB atau partisipasi NATO. Militer Turki sedang mencari legitimasi untuk operasi apapun dan juga landasan internasional untuk membenarkan kemungkinan-kemungkinan tindakannya di masa yang akan datang. Kondisi yang kedua adalah –berdasarkan peraturan PBB- apabila ada serangan dari Suriah yang dengan segera akan memberi legitimasi untuk melakukan pembalasan dan kemungkinan intervensi militer.
Turki dibawah kepemimpinan Erdogan telah lama menjadi penentang utama rezim Bashar al-Assad di Suriah dan dengan keras menentang proposal apapun yang mempertahankan kekuasaan Assad.
Sumber: TodaysZaman