Bangga Berjilbab, First Lady Emine Erdogan Bicara di KTT G20


First Lady Turki, Emine Erdogan tampil dengan jilbab kebanggaannya menjadi pembicara di KTT G20 yang digelar di kota Antalya Turki, 15-16 November 2015.

Jilbab sudah melekat pada diri Emine pada saat negara Turki masih melarang segala simbol agama. Bahkan saat menikah dengan Erdogan pada 4 Juli 1978, Emine tetap ngotot memakai jilbab walau dilarang negara. Ibu empat anak ini juga harus bersabar selama 10 tahun tidak boleh menginjakan kaki di istana negara walau suaminya jadi Perdana Menteri, karena konstitusi Turki saat itu masih melarang jilbab di semua institusi negara.

Kini, Emine sudah leluasa tampil di acara-acara kenegaraan dengan jilbabnya, termasuk saat hari Minggu kemarin menyampaikan pidato di forum KTT G20 terkait nasib pengungsi. Berikut liputannya dikutip dari media Turki Daily Sabah:

Emine Erdogan: Perempuan dan anak-anak membayar harga termahal dalam konflik

Ibu Negara Turki Emine Erdogan menghimbau Negara-negara maju untuk memiliki moral dan nilai etis yang lebih tinggi saat menghadapi para pengungsi.

Dalam pidato pembukaannya di panel gabungan Business 20-Women 20 tentang pengungsi perempuan di konferensi tingkat tinggi G20 di provinsi Antalya pada hari Minggu (15/11), Emine Erdogan berkata: “Sebagai seorang ibu, saya tak dapat menerima fakta bahwa anak-anak tenggelam di lautan dan kehilangan nyawa mereka karena ingin melewati kawat berduri. Orang-orang yang selalu terkena dampak paling buruk dari tragedi kemanusiaan adalah perempuan dan anak-anak,” sebutnya.

“Apa yang ada di dalam tas seorang pengungsi selain ketakutan dan ketidakjelasan? Bagaimana tubuh-tubuh kecil anak-anak dapat menerima beban seberat itu? Tiap-tiap dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, manusia seperti kita. Mereka punya harapan, mereka punya rencana untuk masa depan dan mereka memiliki perasaan,” tambahnya.

Beliau menyebut bahwa perempuan dan anak-anak membayar harga terbesar dalam tragedi-tragedi global yang terus berlanjut.

“Kita harus mengatakan ‘berhenti’ terhadap semua bentuk kekejaman tanpa mendiskriminasi berdasarkan bahasa, agama dan ras. Kita tidak boleh mengorbankan perempuan dan anak-anak untuk agama dalam perang dan pertempuran apapun,” sebutnya.

“Pikirkanlah seorang ibu yang menyelamatkan diri dari zona pertempuran, yang ia bawa hanyalah resiko untuk dirinya sendiri dan ia juga membawa resiko untuk anak-anaknya,” tambah Emine Erdogan.

Beliau menyebutkan bahwa 65.000 bayi telah lahir di berbagai kamp pengungsi di Turki sejak 2011 dimana Turki menampung sekitar 2 juta pengungsi.

“Kebutuhan/persyaratan dasar dari Negara-negara maju yang lebih besar harus ditujukan untuk menjaga nilai-nilai manusia setinggi mungkin. Dalam aspek ini, saya mengundang komunitas internasional untuk mengambil sikap lebih etis dan bermoral kepada para pengungsi. Dan saya ingin mengundang semua pemimpin dan pasangan mereka, dunia bisnis, masyarakat sipil dan bos-bos media untuk bekerja bersama.”

Sang ibu Negara juga memuji pencapaian Turki dalam isu-isu perempuan. “Turki telah memberikan perhatian yang besar kepada perempuan dalam G20 dengan memasukkan mereka kedalam agenda,” sebutnya.

Grup perempuan 20, yang berfokus dalam mempromosikan inklusivitas dan kesetaraan gender, dibentuk dibawah kepresidenan Turki di G20.

Beliau juga menyoroti tinggi angka partisipasi di grup Bisnis20.

“Pada KTT G20 tahun-tahun sebelumnya rata-rata 300 perusahaan berpartisipasi di setiap KTT, tetapi dibawah kepresidenan Turki, angka tersebut telah meningkat menjadi 700 perusahaan. Sekarang, kita mengetahui bahwa B20 memiliki kualitas yang lebih komprehensif,” sebutnya.

*Sumber : http://www.dailysabah.com/politics/2015/11/15/women-children-pay-the-heaviest-price-in-conflicts-turkeys-first-lady-emine-erdogan-says


Baca juga :