Pada saat Pilpres 2014 lalu, Calon Presiden pasangan nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi), "ngobrol" bareng dengan ratusan penggiat dunia maya atau Netizen di Kaskus, Twitter, Facebook, Kompasiana dan JASMEV, di hotel Lumire, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (27/6/2014).
Obrolan ini pun saat itu disiarkan oleh stasiun METRO TV yang masih ada rekaman videonya di Youtube.
Diantara cuplikan video ini ada dialog Jokowi dengan seorang blogger politik yang menyuarakan ketakutannya pada pemerintah yang represif dan bagaimana tanggapan Jokowi.
[Kutipan - video ada dibawah]
Blogger (cewek): "Saya sebagai blogger politik sangat takut sama pemerintah yang bisa represif oleh blogger-blogger yang berani menyuarakan pendapatnya mengenai pemerintah. Saya ingin tahu bagaimana bapak membuat kita merasa aman kalau bapak nanti menjadi presiden. Dan bagaimana bapak menanggapi para masyarakat netizen yang mengkritisi bapak, karena saya yakin nanti bapak pasti tidak sempurna, nanti banyak kebijakan yang kita tidak setuju tapi kita akan terus mengkritisi bapak, bagaimana bapak menghadapi itu?"
Jokowi: "Kritikan pedas tidak ada masalah. Saya pun juga biasa, saya di masyarakat juga ada yang teriak-teriak seperti itu biasa saja. Apalagi di sosial media gak ada masalah buat saya. Mau ngomong sekasar apapun kepada saya.. gak akan marah saya. Saya akan pakai sebagai koreksi."
Tepuk tangan membahana...
Saat pilpres memang salah satu tema yang jadi sorotan terutama netizen adalah terkait "Kebebasan Berekspresi" dan ketakutan pemimpin yang "Otoriter/Represif".
Saat itu capres Prabowo Subianto yang dari militer dicitrakan sebagai pemimpin yang otoriter, represif, akan mengembalikan ke orba, dll.
"Nanti punya media dibredel... baru nyesel
Nanti engga bisa bikin film lagi... baru nyesel
Jgn sampai nanti engga bisa ngeritik lagi... baru nyesel
Gerakan hari ini sekedar mengingatkan.. kita pernah menentang sistim otoriter.." cuit artis pendukung Jokowi, Wanda Hamidah.
Sekarang publik terutama netizen di sosial media lagi rame dengan Surat Edaran Kapolri tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech) dimana polri katanya sudah mendata ada 180.000 akun dalam list mereka.
Surat Edaran yang mendapat kritik tajam oleh Ketua Dewan Pers Bagir Manan yang menyatakn SE itu seperti mengembalikan ke jaman kolonial yang mengekang kebebasan.
Bagir menjelaskan pada zaman kolonial Belanda, pasal-pasal seperti larangan menyebarkan kebencian itu memang ada untuk membungkan suara kritis.
Kekhawatiran netizen, blogger, pegiat sosial media yang saat pilpres berdialog dengan capres Jokowi memang betul... dan sepertinya terjadi sekarang ini... persis yang disuarakan mbak blogger diatas.
"Mau ngomong sekasar apapun kepada saya.. gak akan marah saya. Saya akan pakai sebagai koreksi." Kata-kata Jokowi yang hari ini ditagih setelah berkuasa.