Sikap Lembut Habib Nabil & Kepongahan Ahok


Oleh Abrar Rifai

Satu di antara tokoh Islam Indonesia yang tidak 'keras' terhadap Ahok adalah Al Habib Nabiel Bin Fuad Al Musawa. Bahkan saat beberapa elemen Ummat Islam jelas berseberangan dan berkonfrontasi verbal melawan Ahok, Habib Nabiel justru menemui Ahok. Sikap beliau kemudian menuai beberapa kecaman dari sebagian orang. Saya membaca kegundahan beliau. Namun, Habib Nabiel ketika itu sangat tegar. Mungkin banyak yang mencurigainya akan dimanfaatkan Ahok menghadapi Ummat Islam, tentu dengan berbagai imbalan: politis, finansial atau pun fasilitas.

Namun, sebagai orang yang agak lama mengikuti Habib Nabiel sejak era blog, saya sama sekali tidak meyakini semua yang disangkakan terhadap beliau. Dulu saya bisa membaca jelas sikap keislaman beliau yang tegas di http://al-ikhwan.net/ Sayang situs ini sudah beliau tinggalkan dan sekarang diakuisisi orang lain untuk jualan genset. Memang sejak didapuk menggatikan posisi adik beliau, Al Habib Munzhir Al Musawa membina Majelis Rasulullah, Habib Nabiel total merubah sikap perjuangannya. Dulu melalui blog pribadinya, beliau rajin menulis artikel-artikel pergerakan. Melalui PKS beliau juga sempat menjadi anggota DPRRI.

Sungguh beliau tidak mau membawa Majelis Rasulullah bersinggungan dengan ‘dunia’ beliau yang dulu. Makanya beliau total meneruskan pola dakwah sang adik, Habib Munzhir melalui Majelis Rasulullah. Ketika Habib Nabiel dicela perihal pertemuannya dengan Ahok, beliau tidak merspon itu dengan konfrontatif. Namun beliau justru berkata, bahwa serangan yang ditujukan padanya tersebab pertemuan dengan Ahok tidaklah sebanding dengan serangan kepada adiknya dulu tersebab pertemuan dengan Duta Besar Amerika Serikat. “Kalau pun Ahok beleum tergerak hatinya untuk menerima hidayah, setidaknya saya bisa bersaksi di hadapan Allah kelak, bahwa saya sudah menyampaikan Islam ini sebagaimana mestinya,” demikian kurang lebih tulis Habib Nabiel di laman Facebook-nya.

Sikap lembut Habib Nabiel kepada Ahok tersebut juga ditujukannya kepada Presiden Jokowi. Karenanya ketika Jokowi mengundang tokoh-tokoh Islam terkait kasus Tolikora, Habib Nabiel adalah seorang di antara mereka yang diundang ke Istana. Habib Nabiel melalui Majelis Rasulullah senantiasa mendoakan kebaikan terhadap Pemerintah dan Pemda DKI, terlepas seperti apapun sikap Presiden dan Gubernur DKI kepada Islam dan kaum Muslimin.

Andai bisa menggugat, sebenarnya Majelis Rasulullah itu kurang baik apa pada Ahok. Habib Nabiel itu kurang baik apa pada Jokowi. Masa mau pinjam Monas aja tidak boleh. Majelis Rasulullah hanya mau shalawatan, berdoa dan pengajian. Tidak lebih dari itu! Lantas apa gerangan yang menghalangi dua orang ini untuk memberikan ijin peminjaman Monas kepada komunitas yang selama ini begitu baik kepada mereka?

Apakah ini akan menjadi jawaban bahwa Ahok dan Jokowi adalah dua orang yang benar-benar tidak suka syiar Islam? Sehingga kegiatan-kegiatan keislaman, apapun nuansanya, tidak akan mereka ijinkan. Karena acara keislaman yang melibatkan ribuan orang, setidaknya akan memberi pesan, bahwa di tengah berbagai intimidasi dan upaya becah belah, Islam masih mnejadi keyakinan kokoh mayoritas bangsa ini.

Tantowi Yahya tidak berlebihan, ketika ia mengungkapkan keprihatinannya akan sepinya hari raya dan peringatan peringatan hari besar Islam di Jakarta sejak era Ahok. Yang mana hal tersebut berbalik dengan hari raya Cina dan perayaan Ummat Kristiani yang begitu semarak. 

Jadi bukan karena Islam itu keras, bukan karena Islam itu tidak taat aturan, bukan karena Islam itu politis, para pembencinya terus melakukan kebencian. Tapi hanya karena Islam itu bukan Kristen, bukan Konghucu dan juga bukan komunis maka kemudian mereka membenci. Kepada kalian yang selama ini sok toleran: Nusron Wahid dan sejenisnya, yang selalu menyalahkan kaum muslimin dan membenarkan ummat lain, jenggot dan kumisnya ikutan terbakar jika ada gereja yang dibakar, tapi mencari seribu pembenaran jika masjid yang dibakar, beranilah untuk jujur. Jujurlah, bahwa sebenarnya kalian tidak sedang memperjuangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kalian tidak sedang menjadi juru damai untuk masyarakat Indonesia. Kalian bukan pejuang HAM. Kalian juga tidak sedang menjaga keutuhan NKRI sebagaimana teriakan kalian selama ini. Tapi kalian sebenarnya sedang menjadi corong dan cangkul deislamisasi!

Kalau kalian tidak sadar melakukannya, berarti kalian teramat dungu. Tapi, kalau kalian melakukannya dengan sadar, bersiaplah, kelak sejarah akan menceritakan semua keburukan kalian. Bahkan sampai kalian sudah tidak melata lagi di muka bumi ini, sikap keji kalian hari ini tetap akan menjadi dosa jariyah!

__
*Foto: Pimpinan Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al Musawa bertemu dengan Gubernur DKI Basuki Tjahjapurnama alias Ahok di balaikota Pemprov DKI, 6 Maret 2015.

Sumber foto: Twitter @nabiel_almusawa

"Salaam, ktm @Mjl_Rasulullah dg @basuki_btp barusan, agar penguasa selalu mengedepankan kesantunan dlm memimpin.." tulis Habib Nabiel di twitternya saat itu (6/3/2015)


Baca juga :