Kekerasan berlatar agama terjadi di Kabupaten Aceh Singkil, Selasa (13/10/2015). Dilaporkan 1 orang tewas dan gereja dibakar massa.
Atas tragedi tersebut Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan yang disampaikan di jejaring twitter melalui akun @jokowi.
"Hentikan kekerasan di Aceh Singkil. Kekerasan berlatar apapun, apalagi agama dan keyakinan merusak kebhinekaan -Jkw" tulisnya pada Rabu (14/10/2015).
Reaksi ini berbeda saat terjadi Tragedi Tolikara pada Idul Fitri 1436 H, Jumat 17 Juli 2015 lalu. Saat Tragedi Tolikara presiden Jokowi tidak membuat pernyataan di twitter.
Tak ada pernyataan Presiden Jokowi di twitter bahwa pembakaran masjid apalagi saat sholat Idul Fitri adalah merusak kebhinekaan.
Saat itu, Presiden Jokowi hanya ngetwit ucapan Selamat Idul Fitri pada malam lebaran (16/7).
"Bangsa yang besar akan selalu menjaga silaturahim demi persatuan. Selamat Idul Fitri 1436 H. Mohon maaf lahir dan batin -Jkw"
Kita tentu mengutuk kekerasan dan main hakim sendiri yang dilakukan oleh siapapun kepada siapapun. Indonesia adalah negara hukum. Hukum harus ditegakkan seadil-adilnya. POLRI harus usut tuntas kasus Aceh Singkil.
***
Kronologi Bentrok Massa di Aceh Singkil Versi Kapolri
Bentrok antarkelompok warga di Desa Dangguran, Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Aceh Singkil, Selasa (13/10/2015), mengakibatkan seseorang meninggal dunia dan empat lainnya luka-luka. Satu bangunan yang digunakan sebagai rumah ibadah juga dibakar dalam rentetan peristiwa tersebut.
Kepala Polri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan, peristiwa tersebut berawal dari adanya organisasi masyarakat yang tidak puas atas kesepakatan antara pemerintah daerah setempat dan kelompok masyarakat soal 21 gereja yang izinnya dianggap bermasalah. Sesuai rencana, pemerintah akan membongkar gereja pada 19 Oktober 2015 mendatang.
"Rupanya, perwakilan masyarakat (yang turut dalam kesepakatan dengan pemerintahan setempat) itu tidak diakui oleh masyarakat (organisasi masyarakat) yang tidak puas itu," ujar Badrodin di rumah dinasnya, Jalan Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (13/10/2015).
Kemudian, Selasa pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, lebih kurang 500 orang dari organisasi masyarakat kemudian berkumpul di dekat Masjid Lipat, Desa Kajang Bawah, Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Aceh Singkil. Pukul 10.00 WIB, massa yang terdiri dari ratusan orang serta menggunakan sepeda motor dan mobil bak terbuka bergerak ke sejumlah rumah ibadah yang dipermasalahkan itu.
Di tengah jalan, massa dihalau anggota kepolisian dan TNI. Massa pun berpencar ke berbagai arah. Sebagian besar massa bergerak ke Gereja Huria Kristen Indonesia (GHKI) di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil. Massa membakar gereja tersebut.
Badrodin melanjutkan, massa tersebut kemudian bergerak lagi ke Desa Dangguran untuk membakar gereja yang lain. Namun, gereja selanjutnya itu rupanya telah dijaga masyarakat. Bentrokan kedua kelompok tidak terhindarkan. Saat itulah, korban tewas dan luka berjatuhan.
"Langkah Polri adalah memperkuat keamanan di sana dengan satu satuan setingkat kompi (SSK) Brimob. Ada yang sudah berangkat dari Aceh menuju Singkil," ujar Badrodin.
Kepolisian belum menetapkan seorang pun sebagai tersangka. Namun, sebanyak 20 orang dari pihak organisasi masyarakat telah diamankan untuk diperiksa secara intensif.
Dari 20 orang yang ditangkap, lanjut Badrodin, polisi juga menyita sejumlah barang bukti, yakni 20 sepeda motor, 3 mobil pick-up untuk mengangkut massa, 3 mobil Colt Diesel, serta kapak, bambu runcing, kelewang, dan bom molotov. Selain itu, polisi juga memiliki rekaman video bentrokan yang menampilkan orang per orang.
"Saya menyesalkan terjadinya penyelesaian dengan pembakaran seperti itu. Oleh karena itu, Polri akan menegakkan hukum. Saya juga mengimbau masyarakat untuk bisa menahan diri, jangan sampai terpancing provokasi. Saya berharap semua bisa menahan diri," ujar Badrodin.
http://nasional.kompas.com/read/2015/10/13/23020341/Kronologi.Bentrok.Massa.di.Aceh.Singkil.Versi.Kapolri