Kian hari negeri ini semakin lucu, persis seperti yang digambarkan Deddy Mizwar dalam filmnya Alangkah Lucunya Negeri ini lima tahun silam. Ada saja tingkah segelintir anak bangsa yang membuat kita bisa tergelak. Paling mutakhir kontroversi kehadiran pimpinan DPR saat konferensi pers kampanye Donald Trump di AS. Kegaduhan merebak, dan saya langsung ingat dengan Donal Bebek.
Donal Bebek adalah salah satu tokoh kartun rekaan Walt Disney yang pertama kali diciptakan pada 1934. Donal Bebek bersama Mickey Mouse, Goofy dan lainnya merupakan tokoh paling dikenal dalam dunia Disney. Kartun ini tak lekang dimakan usia. Hingga kini, Donal Bebek masih mendapat hati di sebagian masyarakat Indonesia meski telah hadir Teletubbies, Popeye dan Naruto.
Karakter Donal digambarkan mengenakan pakaian pelaut dengan topi khasnya. Dan yang paling publik kenang tentang Donal Bebek ialah kecerewetannya. Ia dikenal mudah sewot jika ada hal yang dianggap menggangunya. Biasanya, kesewotannya itu ditumpahkan dengan terus berbicara dengan irama cepat, intonasi sarat emosi sehingga menimbulkan kegaduhan.
Sejak Jumat lalu, di antara kita mendadak seperti Donal Bebek. Asbabnya soal kehadiran Ketua DPR Setya Novanto dan Wakilnya Fadli Zon dalam Konferensi Pers Donald Trump yang akan mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden AS dari Partai Republik. Media menggoreng isu ini sedemikian rupa. Sementara itu, barisan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang dimotori PDIP begitu semangat menjadikan ini sebagai isu publik. Bahkan kemarin, beberapa anggota DPR dari KIH melaporkan Setya dan Fadli ke Mahkamah Kehormatan DPR.
Salahkah mereka yang menjadikan kasus tersebut sebagai isu besar? Tentu saja tidak. Itu hak mereka dan justru kita patut bersyukur ada anggota DPR yang sangat peduli dengan tingkah laku sejawatnya yang dianggap merendahkan martabat bangsa. Jika memang niat mereka setulus itu, kita layak memberikan apresiasi kepada Adian Napitupulu dan kawan-kawan yang terlihat getol mengangkat isu ini layaknya Donal Bebek.
Hanya sayangnya ada hal mengganjal dibalik aksi mereka. Kelakuan Adian yang didukung media arus utama betul-betul lucu karena berwajah ganda. Di waktu yang hampir bersamaan, kita kedatangan pemimpin hasil kudeta berdarah dari Mesir yang dikenal dengan nama As-Sisi. Presiden Jokowi menyambut As-Sisi layaknya seorang tamu negara.
Tapi, Adian dan kawan-kawan diam seribu bahasa. Tak ada kecerewetan. Tiada kehebohan. Padahal, pertemuan Jokowi dan As-Sisi sama-sama bisa dianggap sebagai merendahkan martabat bangsa. Bagaimana mungkin Jokowi yang terpilih sebagai presiden secara demokratis tapi menyambut As-Sisi yang naik menjadi presiden dengan tangan berlumuran darah? Bagaimana mungkin seorang presiden pilihan rakyat menjamu seorang presiden penjagal?
Tapi tak ada Donal Bebek dalam soal ini. Mereka bungkam. Sehingga menjadi wajar jika kemudian aksi Adian cs dianggap sebagai pengalihan isu resesi ekonomi yang saat ini sedang membelit Indonesia.
“Ini adalah bagian dari usaha pengalihan isu (yang dilakukan) dari pihak-pihak tertentu. Di saat rupiah melemah, harga-harga naik dan pengangguran bertambah. Isu ini diolah untuk alihkan isu substansial,” kata Juru Bicara Ketua DPR Nurul Arifin dalam siaran pers, Sabtu (5/9/2015).
Saya, anda dan kita semua tentu berharap Adian cs bisa berlakon layaknya Donal Bebek untuk isu-isu lain yang tidak kalah pentingnya. Lalu, kita juga melakukan hal serupa: terus bersikap kritis meski itu adalah kawan politik kita. Karena hanya dengan cara seperti itulah, publik akan percaya dengan aksi kita yakni dengan bertindak seperti Donal Bebek seutuhnya.
Erwyn Kurniawan
@Erwyn2002
*Sumber: kabarumat.com