Pupusnya Harapan di PAN


Oleh DJOKO SUSILO
Mantan anggota F-PAN DPR

Kepindahan PAN dari Koalisi Merah Putih (KMP) ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH) sangat mengagetkan masyarakat politik Indonesia. Khususnya tentu saja jajaran pengurus PAN di semua lapisan, termasuk para simpatisannya.

Padahal, masih segar dalam ingatan, kongres PAN di Denpasar, Bali, pada Maret lalu mengukuhkan hasil rakernas di Jakarta yang menegaskan bahwa PAN membangun koalisi permanen dengan KMP. Hal serupa disampaikan Zulkifli Hasan yang kala itu terpilih sebagai ketua umum.

Sebenarnya, berganti posisi dalam politik itu hal yang lumrah. Politik itu dinamis dan bagi Zulkifli, barangkali, juga pragmatis. Hanya, meski pragmatis dan dinamis, politik memiliki etika.

Partai politik juga harus mendengarkan suara konstituennya. Pada posisi inilah kepemimpinan Zulkifli mengalami ujian: apakah dia seorang politikus pragmatis ala Machiavelli atau seorang yang tahan uji dan teguh pendirian? Kongres Bali yang memilih dia dengan kemenangan tipis enam suara atas rivalnya, Hatta Rajasa, itu memberikan amanat dan mandat bahwa PAN akan berada dalam koalisi permanen dengan KMP.

Namun, keputusan kongres yang merupakan forum tertinggi partai dengan begitu mudah diingkari. Lalu, apa sesungguhnya yang hendak dicapai PAN saat ini?

(Selengkapnya : http://digital.jawapos.com/shared.php?type=imap&date=20150908&name=H2-A233157)

Baca juga :