Oleh Jamil Azzaini*
Kemarin saya memberikan training di Pama Persada dari siang hingga pukul 21.00. Saat bangun tidur pagi hari ini, rasa lelah begitu terasa. Terbayang jadwal training pekan ini di Uniflex, Toyota Astra Motor , BRI dan roadshow “A Tribute” di Medan. Untuk melawan rasa lelah itu, usai tahajud dan menanti subuh saya olah raga ringan. Ternyata lelah tak jua kunjung pergi.
Pikiran saya pun semakin menguat bahwa “saya lelah” dan karena pikiran itu saya merasa semakin lelah. Namun, saya berusaha untuk konsisten melakukan aktivitas rutin usai sholat subuh yaitu membaca kitab suci. Dan karena pikiran saya berkata bahwa “saya lelah” maka saya pun terkantuk-kantuk membacanya. Anak bungsu saya yang mendengarkan pun berkata, “Tidur pak kalau capek.”
Sebagai orangtua yang mengajarkan untuk tidak tidur usai subuh tentu saya berusaha keras agar tidak tidur. Apalagi anak saya Hana, hari ini sedang Ujian Nasional SMP hari kedua (5/5/2015 -red). Saya ingin menemani dia dan mengantarkan masuk ke mobil menuju sekolahnya. Usai itu semua ternyata lelah masih begitu terasa.
Akhirnya, saya duduk di teras rumah. Merenungi perjalanan hidup yang sudah saya jalani. Mensyukuri berbagai nikmat yang sudah saya dapat. Butiran air mata mulai terasa keluar dari mata. “Oh…betapa tiada terkira banyaknya karunia, nikmat dan anugerah yang sudah saya terima. Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?”
Kemudian saya pun membayangkan bila visi hidup yang sudah saya tetapkan menjadi nyata. Saya bayangkan suasana hati ketika visi hidup itu terwujud. Saya dengarkan suara-suara yang diucapkan orang yang saya cintai. Saya lihat senyum bahagia orang di sekitar saya. Saya pun membayangkan pelukan hangat dari orang-orang terdekat. Semua seolah tampak nyata. Perasaan bahagia pun menjalar ke segala penjuru. Dan, ajaibnya, rasa lelah itu lalu pergi entah kemana.
Rasa syukur dan membayangkan terwujudnya impan hidup (visi) ternyata cara manjur mengusir rasa lelah. Semakin bersyukur dan semakin yakin akan terwujudnya visi ternyata menjadi bahan bakar yang membakar rasa lelah yang datang ke dalam diri kita. Cobalah…
Salam SuksesMulia!
Sumber: http://jamilazzaini.com/perpaduan-syukur-dan-visi-hidup/
Akhirnya, saya duduk di teras rumah. Merenungi perjalanan hidup yang sudah saya jalani. Mensyukuri berbagai nikmat yang sudah saya dapat. Butiran air mata mulai terasa keluar dari mata. “Oh…betapa tiada terkira banyaknya karunia, nikmat dan anugerah yang sudah saya terima. Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?”
Kemudian saya pun membayangkan bila visi hidup yang sudah saya tetapkan menjadi nyata. Saya bayangkan suasana hati ketika visi hidup itu terwujud. Saya dengarkan suara-suara yang diucapkan orang yang saya cintai. Saya lihat senyum bahagia orang di sekitar saya. Saya pun membayangkan pelukan hangat dari orang-orang terdekat. Semua seolah tampak nyata. Perasaan bahagia pun menjalar ke segala penjuru. Dan, ajaibnya, rasa lelah itu lalu pergi entah kemana.
Rasa syukur dan membayangkan terwujudnya impan hidup (visi) ternyata cara manjur mengusir rasa lelah. Semakin bersyukur dan semakin yakin akan terwujudnya visi ternyata menjadi bahan bakar yang membakar rasa lelah yang datang ke dalam diri kita. Cobalah…
Salam SuksesMulia!
Sumber: http://jamilazzaini.com/perpaduan-syukur-dan-visi-hidup/