Penaklukan Konstantinopel: Energi Juang Sang Penakluk


Oleh Banu Muhammad*
Staf Pengajar FEB-UI dan Kepala PEBS FEB-UI

Untuk para pejuang Islam, semuanya bermula dari kalimat kenabian yang disampaikan Nabi Muhammad pada tahun ke-5 Hijriyah:

”Konstantinopel pasti akan takluk, sebaik-baik panglima adalah panglima pada waktu itu dan sebaik-baik prajurit adalah prajurit pada waktu itu.”

Hadits tersebut seperti menjadi energi yang luarbiasa. Sejarah kemudian mencatat ada banyak percobaan penaklukan Konstantinopel, 2 kali era Ummayah (diantaranya melibatkan sahabat besar Abu Ayyub Al-Anshori), beberapa kali diera setelahnya dan 4 kali di era Utsmaniyah (Ottoman).

Sejarah kemudian mencatat bahwa akhirnya tanggal 29 Mei 1453 Kota yang tak pernah takluk selama 11 abad ini akhirnya takluk, benteng kokohnya tak mampu lagi menahan gempuran pasukan besar yang dipimpin seorang pemuda hebat bernama Sultan Mehmet (Muhammad) II. Setelah penaklukan Konstantinopel, Sultan ketujuh Ottoman ini kemudian bergelar Sang Penakluk, atau Alfatih, sehingga namanya dicatat sejarah dengan sebutan Sultan Muhammad AlFatih.

Persiapan Penaklukan

Persiapan penaklukan secara teknis disiapkan oleh Sultan Mehmet II pada tahun 1452. Sultan membangun benteng Rumeli untuk melengkapi benteng Anadolu yang dibangun kakeknya di wilayah Asia untuk memastikan kontrol pada Selat Bosphorus. Sultan menyiapkan meriam terbaik dan terbesar pada era itu untuk memastikan adanya peralatan yang cukup untuk menghancurkan dinding tebal Konstantinopel, beliau mempekerjakan seorang ahli meriam asal Hungaria.

Sultan juga membangun aliansi dengan banyak pihak, diantaranya adalah tentara Serbia yang menjadi sekutu dalam penyerbuan ini. Sultan juga membentuk kesatuan angkatan laut yang lebih besar dengan menambah 16 kapal besar. Sultan juga merapikan pasukannya, memilih ulang dan melakukan penambahan serius sehingga pasukannya mencapai lebih dari 160 ribu orang secara total.

Sultan menyiapkan meriam terbaik dan terbesar pada era itu untuk memastikan adanya peralatan yang cukup untuk menghancurkan dinding tebal Konstantinopel.

Akan tetapi persiapan sebenarnya sudah berlangsung sejak kakek dari kakeknya Sultan Mehmet. Orhan Ghazi memulainya dengan menaklukan bursa 3 April 1326. Bursa menjadi titik awal yang sangat penting sebelum penaklukan besar tersebut. Kerja Orhan dilanjutkan anaknya Murad I yang memulai ekspansi Eropa, lalu cucunya Sultan Bayazid menuntaskan penguasaan Eropa dengan menjadikan Edirne sebagai ibukota.

Selanjutnya, Perang Nicopolis dan Perang Varna menjadi beberapa titik penting yang kemudian resmi memotong Konstantinopel dari peta tanah Eropa secara teritorial. Sehingga, seolah Konstantinopel tinggal segitiga kecil dikelilingi kekuasaan Ottoman.

Kerja keras antar generasi ini sungguh luarbiasa. Akan tetapi, benteng Konstantinopel bukanlah benteng yang mudah ditaklukkan, tiga kali percobaan penaklukan dilaksanakan di era sebelum Sultan Mehmet, yang terakhir adalah 8 tahun sebelum kelahiran Sultan Mehmet II oleh ayahnya Sultan Murad II, akan tetapi semuanya masih berujung kegagalan hingga akhirnya pengepungan besar disiapkan oleh Sultan Mehmet tahun 1452.

Kronologi Penaklukan

Tepat tanggal 6 April 1453 menjadi awal sampainya pasukan Sultan Mehmet II ke bibir benteng Konstantinopel ditandai dengan membangun tenda kesultanan di dekat pintu St. Romanus. Pada saat yang sama, armada laut dibawah Komando Baltaouglu Sulaiman Bey juga sudah mulai melakukan pengepungan di sepanjang benteng kelas 2 di pantai Konstantinopel di Laut Marmara. Dari arah Asia, Zaganos Pasha memimpin pasukan.

Tanggal 6-7 April 1453 hujan peluru meriam mulai dilakukan untuk menghancurkan dinding kota, serangan meriam sudah mulai membuat gentar para penghuni kota, namun hanya memberikan efek kehancuran yang kecil saja.

Pada 9 April 1453 serangan untuk memutus rantai yang membentang cari Acropolis ke Galata mulai dilakukan oleh Sulaiman Bey dan armadanya, tapi belum berhasil. Perang laut terus berlangsung dengan ketat sampai tanggal 12 April, beberapa kapal Ottoman tenggelam. Kegagalan penyerbuan laut ini sedikit menurunkan moral Pasukan Ottoman.

Pada malam 18 April 1453 Sultan memerintahkan serangan lebih besar, akan tetapi belum banyak berpengaruh, bahkan pada 20 April pasukan laut mengalami pukulan telak dengan gagalnya menghentikan 3 kapal bantuan Papacy yang berisi makanan dan senjata dari Italia masuk ke Konstantinopel via Selat Golden Horn. Hal ini sedikit membuat Kaisar Bizantium merasa diatas angin dan kemudian menawarkan perdamaian dan meminta Pengepungan diakhiri.

Usulan ini tentu saja ditolak Sultan, beliau bertekad meneruskan pengepungan. Akan tetapi, sejarah mencatat bahwa sebenarnya Sultan sudah mulai sedikit goyah, apalagi salah satu panglima senior Çandarli Halil Pasha cenderung pada usulan untuk menarik pasukan. Akan tetapi surat dari guru spiritual beliau yaknis Syaikh Ak Syamsuddin menguatkan hati Sultan untuk tetap melanjutkan pengepungan sampai beroleh kemenangan. Dukungan spiritual melecut semangat Sultan yang kemudian menghadirkan ide yang menakjubkan yakni memindahkan kapal yang ada di Dolmabache Bay naik melalui jalur darat untuk bisa masuk Golden Horn.
"Dukungan spiritual melecut semangat Sultan yang kemudian menghadirkan ide yang menakjubkan yakni memindahkan kapal yang ada di Dolmabache Bay naik melalui jalur darat untuk bisa masuk Golden Horn"

22 April 1453, pasukan Ottoman sukses menaikkan 72 kapal dan mendarat masuk ke Golden Horn di Kasimpasa. Serangan cemerlang ini membuat kaget dan terpukul pasukan Kaisar.  Apalagi tembok benteng di tepi Golden Horn adalah yang terlemah, sering disebut benteng kelas 3 karena hanya satu lapis saja.

72 kapal dengan amunisi lengkap itu langsung menggempur dinding Konstantinopel. Terjadilah pertempuran laut yang sengit dan memaksa sebagaian pasukan  penjaga benteng utama untuk membantu sisi Golden Horn. Berpindahnya pasukan ini membuat pertahanan di dinding utama benteng menjadi melemah. Serangan ini sukses meningkatkan moral pasukan Ottoman. Kritoboulos mencatat dengan takjub sampainya 72 kapal Ottoman ke Golden Horn.

Pasukan Ottoman terus menggempur dan menunjukkan keunggulannya. 28 April 1453 Sultan menawarkan perdamaian ke Kaisar Byzantium, Sultan menjanjikan keamanan atas jiwa dan harta penduduk Konstantinopel jika kunci kota diserahkan, akan tetapi Kaisar menolak tawaran damai tersebut.

Sepanjang awal Mei pengepungan terus berlangsung.  Diantara catatan yang menarik adalah pertempuran bawah tanah pada 16 Mei 1453, ketika pasukan Serbia yang berkoalisi dibawah Pasukan Sultan berhasil melakukan pengeboran hingga sejauh sekitar 3 km dan membuat banyak terowongan untuk bisa menyerbu masuk Kota Konstantinopel. Akan tetapi serangan mereka berhasil dideteksi pasukan Kaisar dan terjadilah pertempuran didalam terowongan bawah tanah.

Serangan Terus Berlanjut

Tanggal 25 Mei 1453 Sultan kembali menawarkan perdamaian dan meminta agar Kaisar menyerahkan Kota Konstantinopel. Pada tawaran ini Sultan bukan saja berjanji menjaga jiwa dan harta penduduk kota bahkan berjanji menjaga keselamatan Kaisar dan pengikutnya hingga mereka keluar kota dan diizinkan pergi kemanapun mereka menghendaki. Akan tetapi tawaran yang disampaikan Sultan melalui Isfendiyar Beyoglu Ismail Bey ini kembali ditolak Kaisar.

Tanggal 26 Mei 1453 tersiar rumor bahwa beberapa negara Eropa khususnya Hungaria sedang menggerakkan pasukan untuk membantu Kota Konstantinopel dan akan menyerang pasukan Ottoman. Mendengar rumor ini, Sultan mengambil keputusan untuk menyiapkan serangan besar-besaran dan menunjuk Zaganos Pasha untuk menyiapkan serangan.

27 Mei 1453 menjadi tanggal penting dimana serangan besar dimulai dengan sangat massif. Serangan ini sukses memporakporandakan banyak sisi benteng kota. Tanggal 28 Mei Sultan mengistirahatkan sebagian besar pasukannya, menguatkan dorongan moral dan spiritual dan menyiapkan serangan terbesarnya esok hari. Di hari yang sama, di Gereja Hagia Sophia, Kaisar mengumpulkan penduduk kota, mengajak semua penduduk untuk mempertahankan kota dan melaksanakan misa besar.

Tanggal 29 Mei serangan besar dilakukan dengan dahsyat dan akhirnya benteng berhasil dijebol, pasukan elit Ottoman memasuki kota dan akhirnya Pasukan Ottoman resmi menguasai dan menaklukkan Kota. Resmilah Sultan Muhammad II mendapat gelar AlFatih, the conqueror, sang penakluk.

Konsekuensi dari Penaklukan

Takluknya Konstantinopel memberikan banyak pengaruh besar pada perubahan peta kawasan. Beberapa kerajaan kecil (beylik) yang tadinya independen menyatakan bergabung dibawah Ottoman, beberapa kerajaan muslim non Turki juga menyatakan bergabung. Bahkan Mekkah dimana kiblat ummat Islam berada juga menyatakan dukungannya terhadap Ottoman melalui surat Sharif Mekkah ke Sultan Fatih. Tahun 1458 Yunani takluk dan menjadi vilayet (propinsi) dibawah Ottoman. Juga kemudian Bulgaria.

Dari sekelompok kaum nomaden, menjadi menetap, berperadaban bahkan menghadirkan pola administrasi pemerintahan yang hebat. Dari beylik kecil yang didirikan Osman Ghazi, kini Ottoman menjadi semuah imperium yang dihormati, menguasai dua lautan dan menjadikan Laut Marmara menjadi danaunya Turki Utsmani.

Setelah penaklukan, Khilfah Turki Utsmani menjadi penentu utama percaturan politik dunia. Kedaulatan muslim menjadi semakin kuat. Dan perang Salib yang dicanangkan Paus menjadi terhenti, bahkan sebaliknya, Turki memulai kampanye penaklukan sebagain wilayah Eropa. Di sisi lain, para intelektual dan seniman dari Byzantium bermigrasi ke Italia, dan mereka berkontirbusi besar saat kebudayaan baru Renaissance bermula.

*Sumber: https://www.selasar.com/budaya/penaklukan-konstantinopel-energi-juang-sang-penakluk


Baca juga :