Khazanah Ilmu Para Ulama, Memperkokoh Bangunan Indah Dinul Islam


Kalau kita membaca khazanah ilmiah para ulama dari zaman dahulu sampai sekarang, kita mendapati bahwa mereka seolah-olah sedang membangun sebuah bangunan yang besar, kokoh dan indah. Setiap ulama memainkan perannya masing-masing sesuai kapasitasnya.

Ada yang bertugas memilih bahan-bahan bangunan berkualitas. Ini adalah pekerjaan para muhadditsin (ahli hadits). Ada yang bertugas menggambar sketsa bangunan. Ini adalah tugas para ushuliyin (ahli ushul). Ada pula yang bertugas mencampur bahan-bahan bangunan lalu menyusunnya satu-persatu hingga akhir. Ini adalah tugas para fuqoha (ahli fikih).

Di samping itu, semua masih banyak lagi yang memiliki tugas lain seperti tukang lem, tukang pasang lampu, desainer interior, eksterior dan lain-lain. Mereka adalah ahli bahasa, ahli tafsir, ahli maqasid dan lain-lain. Semuanya saling melengkapi. Hingga jadilah bangunan Islam yang kokoh dan indah.

Oleh karena itu, kalau ada orang di zaman sekarang yang ingin mengajari para ulama terdahulu tentang bagaimana cara berislam yang baik, maka ia ibarat anak sekolah baru lulus kemarin sore yang belum berpengalaman tapi ingin mengajari para profesor ahli bangunan yang sudah berpengalaman puluhan tahun dan menghasilkan karya-karya agung yang teruji dan terbukti.

Mereka yang baru belajar membaca terjemah Al-Quran dan hadits lalu mengoreksi istimbat para ulama muktabarin adalah ibarat seekor kucing yang mengeong di hadapan seekor singa. Mereka mendikte para ulama agar kembali kepada Al-Quran dan Sunnah, padahal diskursus para ulama selama ini adalah tentang penggalian makna dan pesan yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah. Mereka ingin mengajari para ulama berenang dan menyelam padahal para ulama telah sampai ke dasar samudera dan memetik mutiara di sana.

Kasihan sebenarnya mereka... terlalu semangat tapi kurang bimbingan. Semoga Allah membimbing mereka menuju jalan yang benar.

*dari fb Danang Kuncoro Wicaksono (30/8/2015)


Baca juga :